Pekerjaan di luar kerajaan adalah yang paling [Name] sukai. Hari ini [Name] pergi ke kerajaan Nekoma untuk membahas suatu bisnis. Ini pertama kalinya [Name] mengunjungi istana Nekoma. Ia bertemu dengan ayah Kenma, sang Menteri Perdagangan Nekoma dan juga ayah Kuroo, pejabat kerajaan Nekoma serta Raja Nekoma. Mereka mengadakan rapat kecil di sebuah ruangan yang nyaman. Itu adalah ruang santai Raja Nekoma. Ia berkata tidak ingin rapat yang terlalu serius.
Selama rapat itu, [Name] sempat beberapa kali melihat ada yang mengintip dari pintu ruangan. Dilihat dari postur badan dan rambut yang mencolok itu, [Name] langsung tahu kalau itu adalah Kuroo. [Name] menghela nafas sambil tersenyum tipis. Pasalnya baru saja kemarin ia dilamar oleh Kuroo dan Kenma sekaligus, namun [Name] memilih untuk menerima lamaran Kuroo.
Hal itu membuat Kenma patah hati sehingga pria itu pergi ke gunung untuk bergalau ria. Menurut Kuroo, itu memang cara Kenma menenangkan diri. Ia akan pergi ke gunung dekat kerajaan Nekoma dan melukis pemandangan gunung.
Setelah rapat selesai, sesuai yang [Name] duga, Kuroo langsung menemuinya. "Hai, Ratuku," sapa Kuroo.
[Name] mendengus, "Jangan memanggilku begitu, Tuan Kuroo,"
"Kamu juga jangan memanggilku begitu!" Kata Kuroo yang membuat [Name] mengerutkan alis bingung. Memang apa yang salah dari panggilannya tadi? Pikir [Name].
"Panggil aku Tetsuro," Ucap Kuroo. "Bukankah kamu baru saja bertemu ayahku dan memanggilnya 'Tuan Kuroo' juga? Bagaimana mungkin panggilanmu terhadap tuanganmu dan ayah tunanganmu sama?"
"Benar juga," [Name] mengangguk-angguk paham. "Baiklah, Tetsuro,"
"Nah begitu dong, Ratuku," Ucapan Kuroo kembali membuat [Name] salah tingkah.
"Sudah kubilang jangan memanggilku begitu!" Ketus [Name].
"Lalu, apakah aku harus memanggilmu...." Kuroo bepikir sejenak. "[Name] ku?"
[Name] berdecak sebal sambil memalingkan wajahnya yang tambah memerah. "Panggil nama saja tidak usah ada embel-embel 'ku'!"
"Baiklah, baiklah," ujar Kuroo.
Tiba-tiba ayah Kuroo memanggilnya. Sebelumnya ia meminta maaf pada [Name] karena menginterupsi percakapan mereka. Rupanya ayah Kuroo mengingatkan anaknya itu untuk menyelesaikan tugasnya yaitu melihat keadaan salah satu desa di Nekoma dan menampung keluhan masyarakat.
"Baiklah, aku harus pergi, [Name]," Ucap Kuroo seraya mengusap kepala [Name].
"Apa aku boleh ikut?" Tanya [Name]. Kuroo terlihat kaget karena [Name] tiba-tiba ingin ikut. Apalagi bukankah [Name] itu Ratu Kaizen? Ia pasti memiliki banyak pekerjaan di kerajaannya, tapi kenapa ia lebih memilih ikut Kuroo untuk mensurvei desa di Nekoma?
Namun, tentu saja Kuroo tidak bisa menolak keinginan [Name].
›››‹‹‹
Kuroo dan [Name] serta beberapa pengawal yang mengawal mereka sampai di sebuah desa di selatan Nekoma. Kuroo turun dari kereta kuda, kemudian membantu [Name] untuk turun juga. [Name] memerhatikan sekelilingnya. Menurut dirinya desa ini lebih mirip sebuah kota kecil. Sudah banyak rumah penduduk dan fasilitasnya juga tidak jauh berbeda dengan di kota.
Ia pun mengikuti Kuroo memasuki desa itu lebih dalam. Para warga menyambutnya hangat. Di setiap langkah mereka, ada saja warga yang menawari Kuroo mampir untuk minum baik di bar ataupun rumah mereka. Kuroo menolak ajakan-ajakan itu dengan sopan lalu berlalu ke pasar. [Name] masih mengikuti.
Di pasar, kedatangan Kuroo manarik perhatian semua orang. Dalam sekejap, ia sudah dikerubungi oleh ibu-ibu atau gadis-gadis desa yang sedang berbelanja. Jika bukan karena para pengawal Nekoma, [Name] mungkin sudah terdorong-dorong saat ini. Kuroo hanya menjawab sapaan mereka dengan sopan dan hal itu saja membuat salah satu gadis di sana pingsan. [Name] melirik heran Kuroo. Ternyata Kuroo sangat populer di kerajaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•
Fanfiction[15+] / [17+] !Cerita ini tidak mengandung unsur LGBT, bukan cerita BxB atau BL! Murasaki [Name] yang merupakan Ratu Kerajaan Kaizen terpaksa harus menikah dengan pangeran kerajaan tetangga untuk menambah kekuatan kerajaannya di tengah perang melawa...