08: Hitungan Maut

21 8 0
                                    

"Udah habis," ucapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah habis," ucapnya.

Ia menutup kaca helmnya.

Mulut Anya menganga dengan lebar, ia masih belum bisa berkata-kata.

Hingga Saga pun pergi meninggalkan Anya yang sedang mengayuh sepedanya.

"He... kamu hitung nya kecepatan!" teriaknya, dengan suara yang lantang.

Percuma juga Anya teriak seperti itu, karena Saga tidak akan mendengar komplain darinya.

"Saga!" panggilnya, yang berusaha mengejar.

Tidak disangka, sepeda yang ia kayuh saat ini rem nya tak berfungsi.

Anya tak bisa mengendalikan sepedanya, "eh, rem nya nggak bisa? Duh gimana nih?"

Anya mencoba untuk berusaha, agar sepeda itu bisa ia taklukkan.

Namun seperti binatang yang liar, ternyata sepeda itu tak bisa ia kendalikan.

Tidak sadar ada tiang di hadapannya, "eh... eh..." akhirnya ia menabrak tiang lampu, dengan sepeda yang ia kendarai.

Bruk!

Anya pun tidak sadarkan diri, karena kepalanya terbentur di tiang tersebut.

Sayup-sayup, ia mendengar suara panggilan namanya, suara itu nampak begitu lembut, dan syahdu.

Perlahan ia membuka matanya, sedikit demi sedikit.

Cahaya perlahan-lahan masuk ke kornea matanya, yang sedikit menyilaukan penglihatannya.

"Anya, Anya, bangun," panggil seseorang itu.

Matanya kabur, penglihatannya buram sementara, namun tidak lama lagi semakin jelas.

Kepala Anya terasa sakit, akibat benturan yang ia dapatkan, "aduh, kepalaku," desis nya.

"Anya," panggil orang tersebut.

Hingga pada akhirnya, penglihatan Anya semakin jelas, ia bisa melihat kembali dengan normal.

Penasaran dengan sumber suara itu, ia pun melihat seseorang yang telah membantunya untuk sadar dari pingsannya.

Saat ia mulai melihat, betapa terkejutnya Anya, ternyata ia adalah Papoy.

Papoy tersenyum kearahnya dengan rambut Dora nya yang hampir menutupi mukanya.

Anya pun terperanjat, apa yang ia hadapi sekarang adalah seseorang yang berusaha ia hindari selama ini.

"Syukurlah kamu sudah sadar," ungkap Papoy yang lega.

Dengan wajah yang sedikit masam, ia pun berusaha bangkit sendiri dari tidurnya, "ee..., makasih ya poy," ucap Anya, dengan nada sungkan.

"Yuk aku antar pulang!" ajaknya. "...kasian kamu nya," sambungnya.

Hi Stupid I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang