17: Happy Ending

3 3 0
                                    

Akhirnya Diana menjemput keberadaan Anya untuk kembali ke kelas, dan meninggalkan Saga yang masih di sana.

mereka pun berlindung di tempat satu-satunya yang aman dari serangan kekuatan Papoy.

Mereka pun duduk di bangku, lalu melemaskan badan yang seharian penuh hanya bisa menegang.

"Hah ...untung tadi nggak ketahuan sama Papoy," lega Diana.

"Lagian, si Papoy kelakuannya kurang ajar," sahut Anya.

"Fix sih, Papoy psikopat, valid no debat, no kecot," cetus Diana dengan semangat.

"Salah satu makhluk yang sangat mempunyai prinsip, dan juga pendirian yang kokoh. Dia adalah Papoy."

"Udahlah, jangan diomongin, nanti muncul gimana? Serem jadinya," tutur Anya.

Diana yang membayangkan jika Papoy akan muncul dengan tiba-tiba dari bawah lantai. Rasanya bulu kuduk berdiri semua, seram.

"Ngeri juga ya, kalo dibayangin."

"Makanya ..."

Setelah mereka melakukan obrolan, dengan bertopik kan Papoy, tak lama kemudian bel masuk kelas berbunyi, tanda pembelajaran harus kembali dimulai.

Di tengah-tengah jam pembelajaran dimulai, Anya masih merasakan rasa was-was.

Seakan ia masih diperhatikan oleh Papoy, walaupun ia tak sedang diperhatikan. Namun aura-aura itu menempel pada dirinya yang mengharuskan Anya tetap waspada.

🌵🌵🌵

Bel pulang berbunyi. Semua murid senang, dan tawa antusias mereka terdengar di penjuru sekolah.

Namun tidak untuk Anya, sang pemilik nasib sial. Dia masih takut jika Papoy akan datang lalu meminta Anya pulang bersamanya.

Kejadian yang sangat menjengkelkan.

"Yuk pulang," ajak Diana, seraya ia menggendong tas nya.

"Sebelum nanti, jelangkung jalan datang."

Anya pun mengiyakannya. Mereka pun melangkah pergi keluar, dari kelas.

Ketika mereka akan melangkah pergi, Papoy tiba-tiba muncul, mengacaukan perasaan Anya yang kian membaik.

"Anya," panggil Papoy dengan girang.

Diana yang mengetahuinya, menampakkan muka sepat, "kan, baru juga diomongin, eh bener dong."

"Maklum, datang tak diundang, pulang minta bareng," jawab Anya, dengan berbisik.

Diana pun terkekeh.

"Pulang bareng yuk, hari ini aku naik mobil," ajak Papoy, semangat.

"Dijemput?" tanya Anya.

Papoy mengangguk dengan senang.

"Gue ikut," sela Diana tiba-tiba.

"Ih, ini privasi untuk kita berdua," balas Papoy.

"Ih nggak boleh ...." seraya Diana menjauhkan mukanya, "kalian kan berdua, yang ketiga setan, mau kamu?"

Aslinya setannya dirimu poy. Batin Diana.

"Iya poy, gue nggak boleh berduaan sama laki-laki lain." Sahut Anya, meyakinkan Papoy.

"Kan aku pacarmu," kekeh Papoy.

Anya mendengus kasar, karena susah sekali untuk membujuk Papoy, "tetep nggak boleh." Tegas Anya.

"Ya udah deh," balas Papoy, seraya bibirnya ia kerucut kan. "Yuk pulang!" ajak Papoy.

Hi Stupid I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang