06: Negosiasi

16 9 0
                                    

Kafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kafe. Suara lonceng pintu terdengar, nampak seorang perempuan, berdiri dengan baju seragam olahraga nya yang masih melekat di tubuh orang itu. Bersama dengan jaket, yang menutupi identitas sekolahnya yang tertulis di baju olahraga.

Pandangannya mencari-cari seseorang yang ingin ia temui.

Terdengar suara memanggil namanya, "Anya," panggil Diana, sembari ia mengangkat tangannya.

Mendengar panggilan namanya, Anya pun menjawab panggilan itu, "oi," balasnya.

Segera Anya menghampiri temannya itu.

Diana mempersilahkan Anya untuk duduk, dan Anya pun menurutinya.

Mereka pun memulai perbincangannya.

"Ada apa?" tanya Anya.

"Lu udah tanya sama Saga?"

Tangan Anya tepat berada di muka Diana, memberhentikan perbincangan sejenak, "bentar, pesen makan, sama minum dulu, cepet!" seru Anya.

Diana pun menjauhkan mukanya, "lah..."

"Katanya mau traktir." seraya Anya menaik turunkan alisnya.

Dengan muka sepatnya, Diana menuruti permintaan Anya.

"Iya-iya, gue pesenin."

"Mbak..." mengangkat tangannya, untuk memanggil pelayan.

Diana mulai memesan makanan, dan minuman, yang diinginkan oleh Anya.

Setelahnya, mereka melanjutkan obrolan mereka, mengenai Saga, dan Papoy.

"Gimana?" sahut Anya.

"Udah tanya Saga belum?" tanya Diana.

"Dih, " desis Anya, "boro-boro tanya, gue masih takut" ungkapnya.

"Soal kejadian motor?" sambung Diana.

"Iyalah"

Diana menepuk jidatnya, "kalau memang takut, kenapa ngaku pacar nya Saga?"

"Gue panik, ya tolong lah mengerti," jawab Anya dengan pasrah.

Pesanan Anya pun tiba, wajah sumringah dari Anya terpancar. "Makasih ya mbak," ucapnya antusias

Pelayan itu pun tersenyum mengangguk.

"Lu tau aja, kalo gue selalu pesan teh anget," terang Anya yang antusias.

"Kan udah bebarengan waktu SMP, tenggorokan lu kaku, gue yang susah," sahut Diana.

"Maksudnya?"

"Lu enggak ada, gue sendirian di kelas, kan sepi."

Anya pun mengangguk mengerti.
Ternyata, Diana masih menyayangi nya seperti biasanya. Mereka pun makan bersama, sembari mereka mengobrol tentang masalah hidup mereka.

Hi Stupid I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang