"Aduh ..." rintih ku.
Peluit dibunyikan, tanda bahwa pertandingan dihentikan untuk saat ini, karena diriku.
Segera Nanda menghampiri ku, menanyakan keadaanku yang terlihat tidak baik-baik saja.
"Dun, lu nggak papa?"
Tanpa disadari, rambut palsu yang aku kenakan tanggal dari kepalaku. Membiarkan rambut asli ku terurai begitu saja.
"Nanti, wig nya ... " ucap Dimas sambil membulatkan matanya.
Aku yang merasakan hawa angin yang begitu dingin, masuk ke kulit kepalaku, membuat diriku membatin, bahwa rambut palsu ku saat ini tidak lagi menempel di kepala.
Mati sudah aku, identitas ku hari ini terungkap. Padahal aku sudah hati-hati dengan ini, tapi kenapa harus sekarang.
Tubuhku terus saja dengan posisi jatuh, tersungkur. Tidak berani menatap orang-orang yang tentu saja terkejut dengan kejutan ini.
Aku bisa mendengar, bahwa tim lawan terkejut dengan kebenaran ini. Karena salah satu dari anggota lawan berkelamin perempuan.
"Apa ini? Kok cewek?" celetuk orang yang mendorong ku jatuh.
Diriku hanya bergeming, dan menahan mulut agar tidak mengeluarkan suara.
"Dia anak senja, dia cowok kok. Cuman rambutnya panjang," bela Isa, yang berusaha meyakinkan tim lawan.
"Ah ...jangan bohong. Rambut panjang, hitam legam, kayak duta sampo lain kok cowok," sergah tim lawan.
"Dia baru krimbat, jadinya bagus rambutnya," culas Jaja dengan santai.
Karena tidak percaya dengan omongan mereka yang tidak ada yang bisa meyakinkan tim lawan. Akhirnya mereka marah.
"Nggak, dia pasti cewek. Berdiri lo!" serunya.
Aku pun dengan perlahan menurut dengan perintah itu. Bagaimanapun juga, semua ini akan terungkap. Aku pun perlahan menghadap mereka dengan kepala tertunduk dalam.
Terdengar suara penonton menyoraki tim ku. Jujur aku merasa sedih karena diriku mereka menanggung malu.
"Nah kan ...dia cewek. Wasit, ini gimana nih?!"
"Pakb ...orang di peraturannya nggak harus laki-laki, ini nggak adil Pak ...nggak adil ini Pak ..." tukas Dimas yang tidak terima.
"Gimana nih Pak? Nggak terima kita," sahut pemain lawan.
"Apa lu? Iri kan?" Jaja yang emosinya tidak terbendung, mendorong pemain lawan.
Semuanya ribut, hanya gara-gara diriku ini adalah seorang cewek. Jaja, Dimas, Isa, Nanda, berkelahi dengan pemain lawan, begitu juga tim ku yang membela diriku agar tidak diskualifikasi.
Aku yang bingung harus bagaimana, mencoba memohon kepada wasit, "Pak ...aku nggak salah, pengumumannya yang kurang jelas. Seharusnya dikhususkan untuk cowok. Tolonglah Pak ...lihat mereka, berkelahi semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Stupid I Love You
Fiksi RemajaAnya, siswi SMA yang ceroboh dan selalu punya cara unik untuk membuat masalah, mendadak harus berurusan dengan geng motor terkenal, Gawisk, yang juga bersekolah di SMA yang sama. Semua bermula ketika Anya, yang sedang buru-buru, tak sengaja menjatuh...