34: Kasus Hape

4 1 0
                                    

Apa yang aku katakan padanya? Ini benar-benar memalukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang aku katakan padanya? Ini benar-benar memalukan. Aku baru saja mengatakan perasaanku kepada Anya, pasti dia sangat malu, dan tidak ingin bertemu denganku. Bodoh.

Wajahku memerah setelahnya, pandanganku mulai kabur, jantungku berdegup kencang, badanku rasanya panas. Mungkin ini akibat aku terlalu menggebu-gebu.

Ku tutup wajahku dengan tanganku, sambil aku menekan tulang hidungku. Aku masih membayangkan kejadian tadi, tidak ku sangka akan secepat ini aku menyatakan kepadanya.

Teman-teman ku yang menjadi saksi aku menyatakan cinta kepada Anya, tertegun tidak percaya. Mereka menanyakan tentang keadaan ku yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Lu baik kan, Ga?" tanya Nanda yang menepuk bahuku. "Bukannya itu terlalu cepat?" sambungnya.

"Gue nggak nyangka, lu seberani ini," ungkap Dimas yang kagum.

"Wah ...sangat lakik ya," tambah Isa.

"Guys, hentikan. Gue malu," ucapku yang berusaha menampakkan wajah yang biasa saja. Walaupun dalam hati rasanya ingin meraung.

"Tapi ...bukannya ini malah ngaruh sama hubungan lu?" perkataan Jaja benar. Ungkapan ku tadi kepadanya akan berpengaruh sekali pada hubungan ku dengan Anya.

Bisa saja kita akan menjauh untuk waktu yang lama, atau bahkan selamanya. Tidak, aku tidak menginginkan hal itu terjadi kepada kami. Aku baru saja memulai hubungan ini dengan begitu rumit, haruskah putus di tengah jalan?

Bingung dengan kejadian ini, aku pun menggaruk kepalaku yang tidak gatal dengan rasa frustasi. "Terus gimana dong?"

"Lagian lu maksa banget mau sok belain? Bukan gitu kalik caranya," jawab Isa.

"Maksudnya?" tanya ku penasaran.

"Maksud Isa tuh ...lu terlalu gegabah," sahut Nanda menjelaskan makna yang Isa ucapkan.

Benar yang dikatakan Isa, bisa jadi aku ini terlalu tergesa-gesa.

"Terus gimana caranya?"

"Udah ...biarin dulu, lagian dia masih shok tuh, gara-gara lu tadi. Ditambah masalahnya yang belum selesai," ujar Dimas.

Nanda menarik ku untuk pergi dari sekitaran ruang BK. Aku menurut, namun mataku masih melihat kearah belakang, mengkhawatirkan keadaan Anya yang tidak baik-baik saja di sana.

Bagaimana jika dia kesusahan untuk menjawab pertanyaan dari BK? Bagaimana jika dia menangis nanti?siapa yang akan memenangkannya? Pikiran ku bertanya-tanya tentang dia. Aku masih belum tega untuk meninggalkannya.

Nanda yang melihat diriku terus saja menoleh ke arah belakang, menarik pipiku. "Ayo jalan!"

Kami pun jalan, menjauh meninggalkan Anya dan orang yang ada di dalam ruang BK.

🌵🌵🌵

Diriku duduk di kursi yang sudah disediakan oleh Guru. Sari sudah duduk dengan ia menyilangkan tangannya, dan juga kakinya.

Hi Stupid I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang