26

338 33 12
                                    

                                  .
                                  .
                                  .
               🌸 Haruno Sakura 🌸

"Eh, aku hanya bercanda, begitu sekali mukamu," ucap Sakura sambil terkekeh pelan, Rey mengeraskan rahangnya dan berjalan cepat menghampiri Sakura.

"Gyah! Takut~" pekik Sakura sambil berlindung di balik tubuh salah satu anak buahnya.

" Jangan bercanda, itu tidak lucu," keluh Rey dengan wajah mencetutnya, namun karena masih kesal lantaran dituduh, Rey tetap berusaha menggapai Sakura yang berada di belakang tubuh seorang pria\anak buahnya/.

"Eh--ketua?, hati-hati nanti anda jatuh" peringat pria itu, ketika Sakura seolah sedang berlari zigzag di belakang tubuhnya, menghindari Rey yang berusaha menggapainya, walaupun pria itu tetap melindungi Sakura dengan merentangkan kedua tangannya di depan Rey.

Tiba-tiba Sakura berhenti dan terdiam, Rey pun reflek ikut berhenti dan mengernyit bingung. mendadak atmosfer ruangan menjadi sunyi dan canggung.

"kok pakai bahasa formal, panggil Saki saja, kamu kan sudah ku anggap sebagai keluargaku" ucap Sakura tiba-tiba, Rey dan pria itu lantas tersedak dan terbatuk batuk.

"Hah?"

" Lain kali panggil Saki saja, tak perlu pakai ketua, karena satu yang peru kalian ingat, kalian semua adalah keluarga bagiku, jadi panggil aku Saki-sebagai panggilan akrab" pinta Sakura, kedua lelaki itu saling berpandangan dengan wajah blank.

"oh, um, baiklah, ke--Saki" ucap pria itu terbata bata. Sakura tersenyum manis, entah kenapa pria itupun ikut tersenyum hangat, merasa senang dengan perkataan Sakura tadi.

"tapi tidak untuk di luar markas" Rey dan pria itu kembali mengernyit bingung.

"kenapa?" Rey bertanya heran.

"tidak ada yang khusus, aku hanya tak ingin panggilan itu terdengar sampai ke telinga musuh/saat kita di luar markas/ jadi panggil aku sebagai 'ketua' saja jika di luar markas, tanpa menyebut nama secara langsung, sedikit berbahaya jika musuh mengetahui kita memiliki kedekatan yang melebihi 'ketua dan anak buah' " keduanya mengangguk mendengar penjelasan Sakura.

"kalau begitu, aku pamit dulu, ada yang sedang menungguku" ucap Sakura sambil menghela napas panjang.

"dan jangan lupa bereskan mayatnya, taruh di tempat biasa, sebelum kamu membuangnya ke dalam tanah" sambung Sakura lagi.

"baik, Saki" ucap pria itu sedikit pelan, mungkin canggung juga menyebut nama ketuanya secara langsung.

Setelahnya Sakura dan Rey berlalu dari ruangan itu, pria tadi kemudian berbalik dan memperhatikan sebentar mayat Muron.

"Hoy! Derui! Kenapa menatap mayat Muron seperti itu?" tanya temannya tiba-tiba, dari arah pintu yang sebelumnya tertutup kini telah terbuka, menampakan seorang lelaki jangkung nan kurus yang sedang menyengir kambing.

"tidak ada" jawab Derui singkat.

"Huh? Kenapa kau ini diam terus, tidak banyak suara kalau bukan lagi rapat" keluh lelaki itu sembari menghampiri Derui yang masih berdiri terpaku di tempatnya, tanpa menoleh pada lelaki itu.

"Dan kau? Kenapa tidak bisa diam kalau bukan lagi rapat" balas Derui datar, lelaki itu nampak tersentak dengan wajah cengo.

"iya juga ya.." ucapnya seraya terkekeh, Derui mendengus dan kembali mengabaikan.

"aku jadi kasihan.." ucap Derui tiba-tiba, lelaki itu menilik bingung.

"kau sedang bicara padaku kan?" tanya lelaki itu memastikan, Derui berdecak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Haruno Sakura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang