Marah

830 96 9
                                    

Mike menjemput mereka pagi-pagi sekali seperti yang dijanjikannya, ia juga merasa lega karena Erwin tidak sepanik kemarin, pria itu sudah mulai tenang seperti biasanya.

Didalam mobil pun tidak ada yang berbicara, ketiganya terdiam begitupun Levi yang ada di kursi belakang, Mike membuatnya ketakutan bahkan untuk bergerak saja ia tak berani.

Dijalan mereka berhenti untuk membeli beberapa makanan sebelum akhirnya kembali menempuh perjalanan.

Selama satu jam penuh akhirnya mereka semua sampai di sekolah, Mike awalnya akan membawa Levi menuju kantor kepala sekolah, akan tetapi Erwin langsung menahannya dan mengatakan bahwa dirinya akan mengurus Levi.

Akhirnya Mike pergi setelah Erwin mengusirnya, dan Erwin segera menarik tangan Levi untuk pergi ke kamarnya.

Sampai dikamar, Levi langsung mendudukan dirinya di atas kasur empuk milik Erwin, sangat berbeda dengan kasur miliknya yang ada dikamar, keras dan membuatnya tak bisa tidur nyenyak.

"Levi, mau sarapan?" Tanya Erwin, mengeluarkan beberapa makanan yang tadi mereka beli dijalan, meskipun semuanya Erwin yang bayar.

Kalau biasanya Levi akan menerimanya begitu saja, entah mengapa kali ini ada sedikit perasaan tak enak ketika menerima makanan pemberian Erwin.

Akhirnya ia menggelengkan kepalanya. "Aku belum lapar" jawab pria kecil itu, yang membuat Erwin menghela nafasnya.

"Mau sampai kapan kamu menyiksa perutmu hah?" Ujar pria pirang itu, yang langsung berjalan ke arah Levi dengan sebungkus roti coklat di tangannya, lalu ia memberikannya kepada Levi. "Makanlah, saya memaksa kamu, bukan memberi"

Sambil mendengus sebal, Levi langsung menyambar roti cokelat di tangan Erwin, dengan pelan ia bersuara. "Terima kasih"

Erwin menganggukkan kepalanya, lalu ia ikut duduk disamping Levi sambil memperhatikannya memakan roti pemberiannya.

"Levi, jangan kabur lagi, kalau ada yang mengganggu kamu, cepat beritahu saya, jangan menanggungnya sendirian" ucap Erwin.

Levi menggelengkan kepalanya. "Jangan repot-repot melindungi ku, aku memang pantas mendapatkan semuanya, aku hanya anak nakal yang masuk kesini dan mengacaukan segalanya, tak ada yang lebih buruk lagi dari semua itu"

"Levi, bukankah kamu sudah berjanji untuk mengubah dirimu menjadi lebih baik? Dan membuat semua orang mencintai kamu?"

Levi mengangguk. "Aku memang mengatakannya, tapi ternyata itu tidak semudah yang kupikirkan, saat orang lain sudah menilaiku begitu buruk, sulit bagiku untuk mengubah pandangan mereka.." ia menjeda dan menghela nafas nya. " yang mereka lihat hanyalah semua keburukan ku, meskipun aku melakukan kebaikan sekalipun, mata mereka akan selalu tertutup dan akan terbuka saat aku melakukan banyak kesalahan"

Erwin tak pernah mengira bahwa Levi bisa terpuruk seperti ini, Kuchel bilang bahwa anaknya adalah laki-laki yang kuat, sering bertengkar dan pulang dalam keadaan babak belur, namun yang dilihat Erwin disini hanyalah seorang Levi yang membutuhkan perhatian serta perlindungan khusus.

"Kenapa kamu tidak mencobanya saja?" Tanya Erwin. "Kamu bisa mencobanya sebelum menilai pandangan mereka"

"Aku ingin mencobanya, tapi aku takut kalau mereka tetap tidak menerimaku"

Erwin tersenyum kecil. "Kalau begitu mari kita mengubah tujuanmu" ucapnya, sambil mendekat ke arah Levi lalu merangkul bahunya. "Bagaimana kalau kamu mengubah tujuanmu menjadi.. Levi yang lebih baik untuk diri sendiri, tidak peduli pada pandangan orang lain tentang mereka yang menyukai kamu atau tidak, yang penting Levi akan melakukan semua kebaikan tanpa mengharapkan apapun dan tulus dari lubuk hati"

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang