Erwin kehilangan jejak Levi saat dirinya berada di lantai satu gedung universitas, lalu ia langsung berlari kencang menuju gedung asrama Levi, menaiki lift untuk sampai di kamar Levi sebelum akhirnya membuka kamar tersebut, namun sayangnya ia tidak dapat menemukan Levi di kamarnya, dengan cepat ia langsung pergi keluar kamar dan kembali turun.
Ia juga mencoba menghubungi nomor Levi, namun handphone pria itu tidak aktif dan membuat nya semakin merasa bersalah, seharusnya ia tidak mendiamkan Levi, namun ia sedikit cemburu pada Onyankopon yang memperlakukan Levi dengan sangat manis di kelas tadi.
Erwin mulai berjalan keluar dari area universitas, ia berjalan di sepanjang kota untuk mencari keberadaan Levi dan berniat untuk meminta maaf padanya, seharusnya ia tidak bersikap seperti itu kepada Levi, ia tahu kalau Levi adalah orang yang mudah cemburu dan terbawa perasaan, ia juga sangat posesif dan tidak ingin kalau Erwin dekat dengan orang yang menyukainya.
"Ayolah.. kamu dimana?" Erwin sedikit frustasi karena ia tidak menemukan Levi di sekitar kota, ia sudah beberapa kali menaiki bus dan tidak menemukannya, ia juga terus menghubungi nomor Levi namun nomor itu tetap tidak aktif.
Erwin yang kelelahan dan malam sudah semakin larut memutuskan untuk mampir ke kedai yang menjual berbagai macam minuman hangat, kopi, teh, susu dan lainnya, mereka tersedia di sana dan Erwin membeli satu cup kopi lalu meminumnya, itu membuat tubuhnya sedikit hangat karena malam itu hawa di sana memang sangat dingin.
Erwin berjalan menuju taman yang dekat dengan menara Eiffel, mencari tempat duduk yang berada dekat dengan air mancur warsawa, air mancur terbesar di dunia.
Saat malam hari, air mancur itu memiliki berbagai macam warna yang bisa di nikmati Erwin, ada berbagai macam warna termasuk hijau, biru, merah, ungu dan masih banyak lagi, Erwin sedikit terpukau menatap mereka.
Saat ia hendak mencari kursi, ia bisa melihat seorang pria kecil yang menatap air mancur di hadapannya, terus menatapnya sambil mengadahkan kepalanya, Erwin segera berlari menuju ke arahnya, ia berlari cepat karena takut kalau pria itu akan kabur darinya lagi.
Tepat setelah Erwin berada sangat dekat dengannya, Erwin menyimpan kopi di atas pembatas air mancur, lalu ia langsung menggenggam lengan pria itu dengan sangat erat, membuat pria itu tersentak kaget dan ia hampir saja memukul Erwin lagi.
"Levi, ini saya" ucap Erwin dengan segera.
Levi yang melihat Erwin di sana langsung terdiam di buatnya, ia hampir saja melayangkan tinjunya lagi karena ia pikir ada orang lain yang ingin macam-macam dengan nya.
"Lepaskan aku" geram Levi, sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Erwin yang sangat kuat.
"Saya tidak mau ambil resiko kalau kamu kabur lagi" ucap Erwin, ia kesal karena dirinya tak bisa mendekap Levi dengan tangan kanan nya, jadi ia hanya mendekatkan wajahnya sementara Levi mencoba mundur beberapa langkah, namun Erwin menarik lengannya dan membuat Levi menubruk maju dada nya.
"Saya minta maaf Levi, karena telah mengabaikan kamu dan membuat mereka semua menggoda saya di depan kamu, saya minta maaf, benar-benar minta maaf"
Levi menggertakkan gigi-giginya. "Kau mengabaikan ku tanpa alasan, kau bahkan tidak mengatakan apapun, kau marah padaku atau semacam nya?"
Erwin menggeleng sambil mengecup dahi Levi, dan ia berucap. "Saya hanya tidak suka melihat Onyankopon memperlakukan kamu dengan begitu manis, dan.." wajah Erwin sedikit memerah saat mengatakannya, karena ini adalah pertama kalinya ia menunjukkan kecemburuan langsung di hadapan Levi.
"Dan?" Levi menuntut Erwin untuk melanjutkan perkataannya.
"Dan.. saya.. itu.. anu.."
"Apa? Cemburu?" Tebak Levi, yang membuat wajah Erwin semakin memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️
RomanceLevi dikirim oleh Ibunya ke sebuah sekolah yang sangat terpencil dan jauh dari keramaian kota, ia dipindah sekolahkan karena terlalu nakal dan sering sekali melakukan segala hal yang tidak pantas ia lakukan, Kuchel tak tahan akan hal itu. Namun di s...