Sekolah

369 49 8
                                    

Hari Sabtu, saat Erwin tengah asyik terlelap dalam mimpi indahnya, sehingga ia tidak ingin terbangun lagi, namun tiba-tiba Levi langsung menarik lengannya dan membuatnya terjatuh dari tempat tidur, dengan kepala yang berdenyut sakit dan pantatnya yang terasa ngilu, ia langsung menatap Levi dengan wajah kesal.

"Levi, kalau mau membangunkan saya ya biasa saja" ujarnya, seraya berdiri dan duduk di kasur.

"Cepat mandi Erwin, kita cari tempat menarik dan bersenang-senang!" Serunya, sambil mengguncang-guncangkan kedua bahu Erwin.

"Baik baik, saya akan mandi, hentikan itu" ucap Erwin, menguap dan menggaruk rambutnya.

"Kalau begitu cepatlah, aku akan menunggu di bawah, nanti kamu menyusul lah dan sarapan"

Erwin mengangguk, berdiri dari duduknya dan mendekati Levi, mengecup dahi nya sebelum akhirnya berjalan pergi ke kamar mandi dengan langkah lunglai.

Levi segera turun kebawah dan pergi ke dapur, Kuchel yang biasanya tengah sibuk dikantor kini berada di rumahnya dan ikut sibuk membantu pelayan.

"Kukira kau ke kantor" ucap Levi, duduk di salah satu kursi lalu mencomot kue kering di piring.

Kuchel menoleh padanya. "Ibu ingin ada disini sebelum kamu berangkat ke Prancis" ucapnya, sambil berjalan ke arah meja dan menghidangkan kare.

"Untuk apa kau peduli? Ada Erwin yang menjagaku disini, kau tidak perlu khawatir, kembalilah bekerja.." ucapnya, sambil mengambil kare tersebut dan memakannya dengan cepat.

"Ibu hanya ingin ada di rumah sebelum kamu pergi, ibu juga akan merindukanmu sama seperti Erwin.."

Levi memutar bola matanya, ibunya merindukannya? Ia saja tak pernah pulang selama berbulan-bulan, dan sekarang ia mengatakan kalau ia pasti akan merindukan Levi? Mana mungkin pria kecil itu percaya.

Melihat anaknya yang tampak tak percaya, Kuchel menghela nafasnya, ia benar-benar membuat anaknya jauh darinya.

"Maafkan ibu Levi, karena selalu tak ada waktu untukmu.." ujarnya, sambil menatap anaknya yang makan dengan lahap.

"Jangan dibicarakan, aku tidak peduli lagi" ucapnya, sambil terus memakan kare nya.

"Tapi ibu benar-benar minta maaf.."

"Tidak peduli.."

"Kamu memaafkan ibu kan?"

"Tidak peduli.."

"Maaf.."

"Tidak peduli.."

"Ibu serius, ibu minta maaf.."

"Tidak peduli.."

Kuchel menghela nafasnya.

"Tidak peduli.."

Kuchel akhirnya berhenti bicara, masih menatap Levi yang tengah meminum airnya.

"Ngomong-ngomong dimana Erwin?" Tanyanya.

"Mandi" jawab Levi, kembali memakan kare nya dengan sangat cepat, sepertinya dia sedang benar-benar lapar.

"Nanti suruh dia makan, kalian ada kegiatan hari ini?" Tanya Kuchel.

Levi mengangguk. "Mungkin jalan-jalan"

"Ibu sarankan agar kalian pergi ke—"

Drrrttt Drrrtttt

Ponsel Levi berbunyi, segera saja ia melihat siapa orang yang baru saja menelponnya, ternyata itu adalah nomor tak dikenal, ia segera mengangkat telepon tersebut.

"Halo?" Levi memulai percakapan.

"Halo, apa benar ini Levi Ackerman?" Tanya seseorang diseberang telepon, terdengar suara wanita yang tidak asing di telinga Levi.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang