Satu bulan berlalu, dan Erwin serta Levi masih enggan untuk sekedar bertanya kabar atau mengabari, keduanya benar-benar terlelap dalam ego masing-masing, sementara itu Levi sudah keluar dari kelas bahasa Prancis dan akan segera melanjutkan ke jenjang perkuliahan, ia sudah menantikan hal itu sejak lama dan tak sabar untuk melihat bagaimana dunia perkuliahan itu.
Namun sepertinya tidak seperti ekspektasi yang di bayangkan nya, kuliah tidak terlalu menyenangkan, namun tidak terlalu membosankan juga.
Hari ini Levi tengah menjalankan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus, atau biasa di sebut dengan ospek oleh hampir seluruh mahasiswa, ini adalah kegiatan pertama yang di lakukan Levi, para seniornya memperkenalkan dirinya kepada dunia perkuliahan yang katanya tidak mirip dengan saat mereka masih di SMA, mereka akan lebih menghadapi pendidikan yang akan sulit mereka tempuh, para senior itu membuat Levi sedikit tak percaya diri.
Seorang senior mengumpulkan Maba atau mahasiswa baru di area lapangan, lantas menggunakan speaker untuk berbicara dengan mereka dan mengumumkan sesuatu.
"Ospek ini akan di lakukan selama satu Minggu, bagi siswa yang keberatan mengikuti ospek ini, maka kalian boleh meninggalkan lapangan sekarang juga" ucap seorang senior dengan rambut pirang, wajahnya tampak sangat galak dan membuat Levi ketakutan, mana ada yang berani beranjak dari lapangan?
"Kalau tidak ada yang keberatan, kita akan memulai acaranya" ujarnya, yang di balas tepuk tangan oleh seluruh mahasiswa.
Mereka mengadakan semacam upacara pada awalnya, dan masih ada banyak kegiatan yang harus Levi ikuti hingga pukul satu siang, hari yang sedikit tak menyenangkan karena para senior terus membentak mereka dengan alasan mereka terlalu lembek untuk menghadapi dunia perkuliahan.
Levi terus memaki mereka dalam hatinya, karena orang-orang Prancis itu sangat 'sok' dalam menjalani hidup, seolah mereka tahu segalanya.
Setelah kegiatan selesai, mahasiswa baru itu di suruh membersihkan lapangan yang tadi mereka pakai, lapangan itu harus benar-benar bersih tanpa ada sehelai rambut pun yang terlihat oleh senior di sana, mereka juga mengancam tak akan membiarkan mereka pulang kalau lapangan nya tidak benar-benar bersih.
Dengan berat hati, semua maba harus membersihkan nya untuk segera beristirahat dan pulang, setelahnya kembali besok pagi untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru.
Esok paginya, para senior itu menyuruh maba untuk membuat CV pribadi, membuat tulisan opini, membuat poster digital untuk mempromosikan universitas dan juga melakukan pengabdian masyarakat, mereka harus memilih salah satu dari tugas di atas untuk di serahkan kepada para senior itu.
Levi dengan senang hati tentu saja lebih memilih untuk membuat poster digital, meskipun gambaran nya di laptop masih kurang memuaskan, tapi ia selalu berlatih untuk menggambar digital, kadang-kadang ia akan membuat komik atau sekedar sketsa, lalu ia akan meng-upload nya di twitter yang pengikutnya lumayan banyak.
Sambil melaksanakan kuliah, terkadang ia akan membuat cerita-cerita menarik dengan gambaran yang ia gambar, lalu menguploadnya ke twitter meskipun ada beberapa temannya yang mencaci, mungkin tak bisa di sebut teman.
Namun hari ini ia tengah membuat tugas poster untuk mempromosikan universitas nya, tentu itu adalah tugas dari para seniornya.
Namun ia terkejut ketika mendapati sebuah pesan yang tertera di layar laptopnya, itu adalah Erwin yang menanyakan kabar kepadanya, Levi mendiamkan pesan itu selama sepuluh menit meksipun sebenarnya ia ingin segera membalas, lalu setelah sepuluh menit berlalu, ia langsung menulis pesan balasan.
Levi: baik
Hanya itu, lalu ia kembali menggambar di laptopnya, satu menit, sepuluh menit sampai tiga puluh menit, tak ada pesan balasan dari Erwin, dan dengan penasaran Levi membuka pesan yang tadi ia kirimkan pada Erwin, namun ternyata Erwin memang tidak membalas pesannya dan hanya membaca nya, membuat Levi benar-benar kesal dan kembali melampiaskan kekesalannya pada gambarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️
RomanceLevi dikirim oleh Ibunya ke sebuah sekolah yang sangat terpencil dan jauh dari keramaian kota, ia dipindah sekolahkan karena terlalu nakal dan sering sekali melakukan segala hal yang tidak pantas ia lakukan, Kuchel tak tahan akan hal itu. Namun di s...