Air Mancur

590 93 24
                                    

Levi bangun terlebih dahulu dan turun dari ayunan, lalu ia membangunkan Erwin yang tampak lelap tertidur, agaknya pria itu tidur terlambat setelah Levi meninggalkannya tertidur.

"Erwin bangun, kau bilang ingin mengemasi barang" ucap Levi, sambil mengguncangkan ayunannya.

"Ini masih pagi Levi.." lirih Erwin, yang langsung menaikan selimutnya menutupi seluruh tubuh.

"Erwin bangun!" Sentaknya. "Ayo sarapan, aku lapar.."

"Kamu sarapan saja duluan, saya masih ngantuk.." gumamnya.

Levi dengan geram langsung membalik ayunan nya dan membuat Erwin terjatuh ke rumput, Erwin memekik kesakitan lalu menatap Levi dengan kesal.

"Kenapa kamu suka sekali membuat pinggang saya sakit.." ujarnya.

"Aku bilang sarapan, aku lapar!" Bentak Levi.

"Kamu sarapan saja duluan" balas Erwin.

"Aku tidak ingin sarapan sendiri, aku ingin sarapan denganmu!" Sentaknya lagi, kenapa pria bersurai raven itu tidak bisa berbicara tenang sehari saja? Setiap harinya pasti ada nada tinggi yang membuat telinga Erwin sakit.

Erwin berdecak kesal, lalu ia berdiri saat Levi terus mengomel.

Keduanya berjalan memasuki rumah dan pergi menuju dapur, lalu sarapan bersama karena makanan mewah sudah tersaji di atas meja.

"Ibumu belum pulang?" Tanya Erwin.

Levi mengedikan bahunya. "Siapa peduli? Ia selalu pergi selama berbulan-bulan tanpa ada kabar, dan mungkin bulan ini dia tidak juga pulang"

Erwin merasa sangat sedih karena Kuchel tidak mau membagi waktu untuk pekerjaan dan anaknya sendiri, pantas saja Levi selalu terlihat kesepian.

"Oh ya, bagaimana kalau saya meminta Mike untuk menjemput kita?"

Levi tampak tidak senang. "Kenapa harus guru galak itu yang menjemput kita?" Tanyanya.

"Kita tidak bisa memakai mobil mu kan? Kecuali kalau kamu tidak keberatan jika mobilmu disimpan di sekolah selama beberapa bulan kedepan"

"Aku tidak keberatan" jawab Levi. "Asal tidak bersama guru galak itu, apapun aku tidak keberatan!"

Erwin menghela nafasnya. "Baiklah baiklah.." ia akhirnya kembali melanjutkan sarapan paginya, dan setelah melakukan semuanya, keduanya langsung pergi ke kamar untuk mengemasi barang-barang.

"Kamu ingin membawa apa?" Tanya Erwin pada Levi.

"Handphone" jawab Levi sekenanya.

"Masukan saja kedalam tas saya"

Levi mengernyit heran. "Aku ingin bawa handphone" ucapnya sekali lagi.

"Ya sudah, masukan ke tas saya" ulang Erwin.

"Handphonenya?"

"Kepalamu, tentu saja Handphone nya" ucap Erwin yang tampak kesal.

"Memangnya boleh membawa handphone?" Tanyanya kebingungan.

"Tentu tidak, sementara handphone mu saya yang pegang"

Levi mencibir kesal, namun jika ditinggalkan di rumahnya, handphone ini sama-sama tak berguna, jadi ia langsung melemparkannya masuk tepat kedalam tas Erwin.

"Lemparan yang bagus" puji Erwin, yang melipat baju-baju miliknya serta milik Levi.

"Masukan semua barang yang kamu perlukan kedalam tasmu" ucap Erwin lagi.

Levi tampak mengingat-ingat benda apa yang sangat ia butuhkan, lalu seketika ia memasukan semua alat lukis kedalam tasnya.

"Buku pelajaran mu?" Tanya Erwin.

Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang