Erwin tidak berbohong saat mengatakan bahwa ia akan mengajak Levi pergi ke tempat Wisata yang ada di daerah sana, dan kini keduanya sudah sampai di sebuah pintu masuk entah menuju kemana, dan yang pasti Erwin sudah membayar tiket masuk.
Erwin membawa Levi pada seorang pria tua yang mungkin saja dikenalnya.
"Permisi Pak, masih bisa menyewa mobil untuk pergi ke gunung biru?" Tanya Erwin, Levi mengernyit keheranan mendengar kata 'gunung biru' memangnya ada?
Pria tua itu tersenyum sambil mengangguk. "Tentu nak Erwin, kami masih memiliki banyak mobil jeep untuk dinaiki" ujarnya.
"Ahh syukurlah, karena biasanya hari Minggu begini selalu ramai pengunjung" ucap Erwin sambil terkekeh.
Pria tua itu ikut terkekeh. "Lagi pula tumben sekali anda datang kesini, terakhir kali Anda bersenang-senang dua tahun yang lalu"
Erwin tertawa dibuatnya. "Ahh anda masih ingat itu, namun hari ini kebetulan saya mengajak teman saya untuk menikmati pemandangan di atas sana"
Mendengar kata teman malah membuat Levi lebih heran lagi, lalu ia dengan terpaksa mengutas seulas senyum di bibirnya.
"Aku Levi.." ujar nya pelan.
Pria tua itu mengangguk. "Saya Piz, pengurus wisata disini, senang bisa bertemu dengan anda, Tuan Levi"
Levi lagi-lagi hanya bisa menanggapinya dengan senyuman manis, sementara Erwin langsung menggenggam tangannya agar pria kecil itu tidak hilang seenaknya seperti di pasar tadi.
Mereka berdua menaiki Jeep yang bernomor empat delapan, sang sopir juga sudah stand by di tempat nya.
"Kalian akan dipandu oleh sopir untuk menuju ke gunung biru, jadi kalian tak akan tersesat" ujarnya.
"Terima kasih" ucap Erwin.
Dan saat mobil itu mulai melaju, Erwin dan Levi langsung berdiri untuk melihat pemandangan di sekitar jalan, keduanya dapat melihat banyak sekali perkebunan teh, lalu pesawahan yang begitu luas, serta gunung-gunung tinggi yang menjulang.
"Gilaaa, pemandangan disini sangat bagus, udaranya juga sangat segar" Levi merentangkan kedua tangannya lebar-lebar sambil menghirup udara segar, rasanya seperti ia berada di tempat yang di impikan semua orang.
Erwin juga ikut menghirup udara segar seperti Levi. "Udara disini selalu bersih karena banyak sekali pepohonan, dan orang-orang disini selalu menjaga kebersihan dengan baik, jadi kita bisa menikmati udara bebas yang masih bersih"
Levi tersenyum menanggapinya. "Kau benar, ini terlalu indah, kalau ada kamera aku pasti sudah memotret semuanya" ujar Levi sambil melihat kanan dan kiri.
"Tidak berguna jika ingin memotret, karena keindahannya hanya bisa dilihat langsung, kalau kamu memotretnya, hasilnya tak akan seindah dipandang mata"
Tch, Erwin selalu saja menghancurkan kesenangan Levi, meskipun belum tentu yang dikatakan Erwin itu belum tentu benar, banyak fotografer diluar sana yang memotret pemandangan sama indahnya dengan dilihat mata, tergantung seberapa profesional nya dia dalam memotret.
"Levi lihat, ada rusa" Erwin menunjuk ke arah pepohonan lebat yang ada disamping mereka, Levi segera menoleh dan ia terbelalak karena ini pertama kalinya ia melihat rusa di alam liar, biasanya ia melihatnya di kebun binatang.
"Disini ada rusa?!" Pekik nya kegirangan.
"Lihat di atas sana" Erwin kini menunjuk ke atas pohon yang tinggi, lantas bergumam. "Semuanya mirip dengan Levi bukan?"
Levi segera menoleh ke atas, dan seketika ia langsung memukul lengan Erwin dengan keras. "Enak saja, jangan menyamakan aku dengan monyet-monyet itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️
RomanceLevi dikirim oleh Ibunya ke sebuah sekolah yang sangat terpencil dan jauh dari keramaian kota, ia dipindah sekolahkan karena terlalu nakal dan sering sekali melakukan segala hal yang tidak pantas ia lakukan, Kuchel tak tahan akan hal itu. Namun di s...