Keesokan paginya Erwin dan Levi bergantian untuk mandi, lalu setelahnya mereka turun kebawah untuk sarapan sebelum pergi ke toko buku yang sudah di rencanakan Levi.
"Toko di kotaku sangat lengkap, kau bisa menemukan apa saja disana" ujarnya, sambil memakan ayam goreng di piringnya.
"Kebetulan aku juga sedang mencari suatu buku, semoga saja ada disana" Erwin sedikit berharap.
"Tidak ada yang tak bisa kau temukan di toko itu, tak usah khawatir.." ia meminum susunya.
Erwin terkekeh, lalu setelah sarapan keduanya langsung berjalan keluar rumah dan menaiki motor yang sudah di siapkan oleh beberapa pelayan, Erwin kembali menyerahkan helm pada Levi.
Lagi-lagi Levi memasang ekspresi tak suka. "Kali iniii saja, aku tidak mau menggunakannya, leherku pegal" ucap Levi tampak memohon.
"Kalau begitu tidak usah naik motor, naik angkutan umum saja" Erwin hendak turun dari motor namun Levi segera menahannya.
"Baiklah baiklah, aku akan memakai helmnya!" Sentak anak itu, lalu merebut helm dari tangan Erwin dan memakainya dengan wajah cemberut, dia tidak suka menaiki angkutan umum karena disana selalu banyak orang serta membuatnya sesak.
Erwin tersenyum lalu memijit bibir Levi yang masih cemberut. "Jangan memasang wajah begitu, ayo naik.."
Levi menyingkirkan tangan Erwin lalu naik dibelakangnya, Erwin masih sama seperti kemarin, sangat tidak seru dalam mengemudi karena ia sangat berhati-hati.
Di tengah perjalanan, Levi meminta Erwin untuk berhenti sejenak, dan dengan raut wajah kebingungan Erwin-pun menepikan motornya di pinggir jalan.
"Turun" ucap Levi, yang sudah berada disisi motor dengan tubuh tegap.
Erwin semakin kebingungan dan ia menuruti perintah Levi untuk segera turun dari motornya.
"Ada apa?" Tanya Erwin.
Tanpa menjawab pertanyaan Erwin, Levi langsung memegang kemudi dan kembali menyalakan motor, ia menatap Erwin dan berkata. "Gantian aku yang nyetir"
Raut wajah Erwin menyiratkan keraguan didalamnya. "Kamu serius?"
Levi memutar bola matanya. "Tentu saja serius, cepat naik!" Perintah Levi.
Erwin yang masih memiliki banyak keraguan-pun naik perlahan-lahan, memegangi pundak Levi sebelum akhirnya anak itu melajukan motornya perlahan-lahan dan Erwin sedikit lega.
Namun itu hanya di awal, karena pada akhirnya Levi langsung menancap gas sekuat mungkin sehingga Erwin yang ada dibelakang langsung terkejut.
"Levi, apa yang kamu lakukan!" Sentak pria itu.
"Lihatlah, kalau begini jadi cepat sampai" suara Levi tampak senang kegirangan.
"Ini berbahaya Levi!" Bentak Erwin.
"Jalanan nya kosong, jadi tenang saja.."
Levi tidak mengindahkan semua peringatan Erwin, ia terus melaju kencang sesuka hati, hingga akhirnya didepan ada lampu merah dan beberapa motor berhenti.
"Lampu merah!" Tegur Erwin.
Namun ia terkejut saat Levi tetap menerobos lampu merah tersebut. "Buang-buang waktu" cibirnya, semakin kencang dan melaju seperti angin.
"Levi Ackerman!" Bentak Erwin lagi, ini bukan pertama kalinya Erwin membentak serta menegurnya, jujur saja tenggorokannya sudah sangat sakit.
"Sial!" Tiba-tiba Levi bergumam.
"Kenapa? Kamu masih tidak mau mendengarkan saya? Cepat menepi sekarang juga!" Perintah si pirang itu.
"Kalau kita berhenti sekarang, polisi-polisi itu akan mengejar kita" jawab Levi, sontak mendengar hal itu Erwin langsung berbalik menatap kebelakang, ada beberapa mobil dan satu motor polisi yang memimpin mengejar mereka dan suara sirine serta tiupan peluit yang menyuruh keduanya untuk berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️
RomanceLevi dikirim oleh Ibunya ke sebuah sekolah yang sangat terpencil dan jauh dari keramaian kota, ia dipindah sekolahkan karena terlalu nakal dan sering sekali melakukan segala hal yang tidak pantas ia lakukan, Kuchel tak tahan akan hal itu. Namun di s...