Keesokan paginya tepat hari Kamis, kelas Erwin melakukan kegiatan di luar kelas, mereka membuat patung dari tanah liat di belakang kelasnya, karena belakang kelas mereka adalah rerumputan yang bisa dipakai untuk bersantai sambil mengerjakan sesuatu, mereka harus bekerja keras karena waktu semakin mepet.
Semua perempuan mendekorasi kelas, sedangkan laki-laki membantu Erwin membuat patung yang nanti akan mereka simpan sebagai pajangan kelas.
Tugas Levi hanya mengecat patung yang sudah kering, ia mengecatnya dengan sangat hati-hati supaya tidak mengacaukannya, Erwin juga sekali-kali membantunya mengecat, namun ia lebih sering membantu teman-temannya membuat patung.
Mungkin mereka menghabiskan waktu sekitar lima jam, hingga akhirnya patung-patung itu sudah selesai dan tinggal menunggunya mengering, lalu Levi akan mengecatnya sendirian, tentu saja Erwin menawarkan bantuan padanya yang tidak akan pernah di tolak oleh Levi.
Setelah selesai mengecat patung-patung itu, mereka menjejerkan nya di atas meja yang ada dihadapan papan tulis, sementara Levi menggambar sebuah logo Hogwarts, lambang sekolah Harry Potter yang memiliki empat warna, merah, kuning, hijau dan biru, lalu dia membuat tulisan melengkung di atas logo tersebut, yang bertuliskan kreatifitas tanpa batas, moto dari kelas mereka.
Melihat semuanya yang sudah sempurna, Erwin tersenyum lega, kelas mereka sudah sangat berbeda dari sebelumnya, kini kelasnya terlihat lebih horor, menyeramkan dan unik, namun juga indah karena ada cahaya lampu tumblr, di tambah lilin yang nanti akan mereka nyalakan, lilin-lilin itu tergantung di atas meja, setiap meja pasti ada lilin di atasnya.
"Akhirnya selesai..." Petra menghembuskan nafasnya, ternyata mendekorasi kelas itu tidaklah mudah.
"Kamis.. Jumat, Sabtu, Minggu.." Farlan menghitung hari, lalu ia berucap. "Kita masih punya banyak waktu, jadi kita harus mempersiapkannya dengan matang"
Erwin mengangguk. "Kamu benar, mungkin kita akan membahas soal drama.."
Levi merinding, membayangkan bahwa dirinya harus berperan menjadi orang lain dan di tonton oleh banyak orang, pasti itu sangat tidak menyenangkan, ia benci akan hal seperti itu.
"Sepertinya kamu salah Farlan" celetuk Ghunter. "Kita hanya punya waktu tiga hari, itu tidak banyak, kita harus berlatih untuk drama, menyiapkan bazar, dan.. apa lagi?" Ghunter menoleh pada Erwin.
"Kalau begitu" Erwin kembali menarik perhatian murid-muridnya agar melihat ke arahnya. "Kita membuat drama Putri Salju, bukankah kalian bilang kalau Cinderella sudah terlalu biasa?"
Petra mengangguk setuju. "Sekarang siapa yang mau menjadi Putri Salju? Dan sang pangeran yang mencium nya.." ia jadi senyum-senyum sendiri.
"Levi cocok" ucap Farlan.
Levi menaikan sebelah alisnya. "Aku? Jadi pangeran? Tidak!" Tolaknya.
"Bukan, maksud ku jadi Putri Salju" ucapnya lagi.
Levi menendang betis nya dengan keras, membuat Farlan meringis kesakitan.
"Habisnya kau terlalu cantik untuk jadi pria.." ucapnya yang masih sambil meringis, namun hanya dibalas pelototan tajam dari Levi.
Erwin jelas saja tak akan membiarkan Levi menjadi pangeran, apalagi menjadi putri salju, ia tidak rela jika pria itu harus berciuman dengan orang lain selain dirinya, memang terbilang egois, namun apa salahnya jika ia cemburu?
"Petra, kamu jadi Putri salju, Eld, kamu jadi pangeran, untuk pemeran tambahan, kalian yang pilih sendiri" ucap Erwin.
Membuat Petra dan Eld terbelalak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️
RomanceLevi dikirim oleh Ibunya ke sebuah sekolah yang sangat terpencil dan jauh dari keramaian kota, ia dipindah sekolahkan karena terlalu nakal dan sering sekali melakukan segala hal yang tidak pantas ia lakukan, Kuchel tak tahan akan hal itu. Namun di s...