Flash Back
Setelah selesai dengan toko perhiasan dan membeli dua cincin yang sederhana namun tampak unik, Erwin akhirnya kembali berjalan ke arah motor sport nya, rencana nya malam ini ia akan membuat kejutan untuk Levi, lalu melamarnya sebelum ia pergi ke Prancis.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah Levi, Erwin bersenandung kecil, ia juga tak sadar kalau ternyata rumah Levi sudah ada didepan matanya, segera saja ia memasuki gerbang dari rumah besar itu.
Setelah Erwin sampai di rumah Levi, ia terkejut mendengar para pelayan yang memberitahu nya bahwa Levi tengah pergi menemui teman-temannya, meskipun sang pelayan tidak memberitahukan keberadaan Levi, Erwin sudah tahu dimana tempatnya.
Setelah menitipkan tas nya pada para pelayan, Erwin langsung kembali menaiki motornya hendak menyusul Levi, ia khawatir kalau kejadian yang sama akan terulang kembali, Zeke dan kawan-kawannya yang memukuli Levi, sungguh Erwin sangat takut bila itu terjadi lagi, jadi secepat mungkin ia melajukan motornya.
Tidak sampai tiga puluh menit hingga akhirnya ia sampai di tempat tujuan, dilihatnya anak-anak yang sedang berkerumun dengan Levi yang berdiri dihadapan mereka, tampaknya pria kecil itu tengah menjelaskan sesuatu, Erwin segera berjalan ke arahnya dengan langkah cepat, namun langkahnya terhenti seketika saat mendengar Levi berucap.
"Aku tidak peduli tentang dia yang menyelematkan ku, atau tentang apapun yang ia ucapkan pada kalian, sungguh aku tidak peduli!" Sentak Levi, yang samar-samar bisa Erwin dengar.
Namun tiba-tiba Zeke melirik ke arah Erwin yang baru saja tiba, membuat bola mata mereka bertemu, seolah lewat tatapannya Zeke memberitahukan bahwa hidup Erwin akan hancur malam ini.
Erwin masih belum beranjak dan terus mendengarkan ucapan Levi.
Zeke langsung menyeringai sambil melirik Erwin, namun tatapannya kembali pada Levi. "Buktikan kalau begitu, katakan kebenarannya padaku"
"Aku tidak berpacaran dengan laki-laki manapun!" Bentak Levi. "Mana mungkin aku berpacaran dengan laki-laki? Itu menjijikkan, kalau saja pria pirang dengan alis tebal itu tidak terlalu baik padaku, aku pasti sudah meninggalkannya dari dulu, intinya aku hanya kasihan padanya!"
Erwin membulatkan bola matanya, apa ia tidak salah dengar? Levi mengatakan sesuatu yang membuat hatinya tertampar, ia ingin meminta penjelasan Levi namun ia tahu kalau ini bukanlah waktu yang tepat, jadi ia hanya bisa terdiam dan mematung.
"Aku percaya, dan setelah ini akan ada orang yang sakit hati saat sudah mendengar penuturan mu" ucap Zeke, menaiki motornya dan hendak pergi.
"Apa maksudmu?" Tanya Levi
Zeke tertawa sambil menunjuk belakang Levi. "Jangan sampai dia menangis.." kikiknya, lalu melajukan motornya dengan cepat dan meninggalkan Levi sendirian.
Sontak Levi langsung menoleh kebelakang dengan mata membulat dan ekspresi wajah terkejut, Erwin masih mematung dengan wajah datarnya.
Erwin mulai berfikir, apakah semua yang di ucapkan Levi benar? Ia terlalu baik untuk ditinggalkan sehingga banyak orang yang mengasihinya? Erwin tidak butuh kasihani, ia hanya butuh hati yang tulus!
"Sejak kapan kamu.. ada disana?" Tanya Levi, dalam suaranya jelas sekali bahwa ia benar-benar shock mendapati Erwin yang entah sejak kapan sudah berdiri dibelakangnya.
Dengan suara yang sangat dingin, Erwin memberanikan diri untuk berucap. "Baru saja, aku tidak mendengar apa yang kau katakan, santai saja.." meskipun sebenarnya ia mendengar semuanya dan Levi tahu akan hal itu, Erwin tetap tidak mengatakan apapun dan tak membahasnya, ia lebih memilih untuk menaiki motornya dan pergi dari sana, samar-samar Erwin mendengar Levi yang memanggil namanya, namun pria pirang itu sedang tidak mau mendengarkan apapun lagi malam ini, semuanya terasa menyakitkan hanya untuk ia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Terakhir [ ERURI ] ✔️
RomanceLevi dikirim oleh Ibunya ke sebuah sekolah yang sangat terpencil dan jauh dari keramaian kota, ia dipindah sekolahkan karena terlalu nakal dan sering sekali melakukan segala hal yang tidak pantas ia lakukan, Kuchel tak tahan akan hal itu. Namun di s...