Chapter 37
Katrin nggak masuk. Dia sakit. Itu informasi yang Garvin dapatkan saat jam pelajaran pertama dimana ia tidak melihat tanda-tanda kedatangan cewek itu di kelas matematika pagi ini.Awalnya Garvin biasa saja. Kemarin cewek itu baik-baik saja, bahkan semalam dia melihat Katrin aktif di sosial medianya. Dia mem-posting sesuatu yang lucu di instagram kitkatcomic dan membalas komentar disana dengan semangat. Jadi Garvin simpulkan paling cewek itu cuma malas masuk saja hari ini.
Namun, keesokan harinya Katrin kembali tidak hadir. Garvin jadi dilanda rasa penasaran. Apa cewek itu betul-betul sakit? Di hari ketiga absennya Katrin, saat melihat Dewi melintas di pintu masuk kelas, Garvin langsung memanggilnya. Sebagai sahabat Katrin, Dewi pasti tahu kabar Katrin sekarang.
"Dewi," panggil Garvin dengan gestur sesantai mungkin.
"Eh? Manggil gue, Gar? Kenapa?" balas Dewi penasaran. Jarang-jarang Garvin menegurnya duluan di luar jam pelajaran.
"Temen lo kenapa?"
"Temen gue yang mana?"
Garvin diam sebentar, dia mengalihkan pandangannya ke foto presiden di dinding depan kelas, memandang apapun agar gesturnya tetap terlihat tidak peduli.
"You know who," ucap Garvin pendek.
"Pak Jokowi?" goda Dewi sambil menahan senyum.
Garvin kembali memandang Dewi dan mendengkus. "Katrin. Dia tumben nggak masuk."
"Oh, lo nanyain Katrin. Kan Pak Anjar udah bilang dia nggak masuk karena sakit. Surat sakitnya juga udah nyampe tuh di meja guru sejak dua hari lalu."
"Sakit apa?"
"Lah, lo nggak tau? Dia sakit hati, Gar. Penyebabnya lo."
Garvin agak terkejut mendengar Dewi yang sangat blak-blakan. Apa cewek-cewek memang begini ya cara mainnya? Balas dendamnya harus pakai bahasa sarkasme yang menohok.
"Dia kemarin-kemarin baik-baik aja," kata Garvin.
Dewi menghela napas panjang. "Dia sakit hati, Gar. Lagian lo aneh banget jahatin dia begitu, padahal Katrin nggak pernah jahatin lo. Dia malah selalu peduli sama lo meski lo nyebelin."
Garvin merasa tak perlu menceritakan permasalahan ataupun perasaannya pada Dewi. "Dia nggak mungkin nggak masuk berhari-hari karena alasan itu," kata Garvin.
Dewi memandang Garvin, mencoba membaca pikiran cowok itu. "Gue dapet info dari nyokapnya, Katrin sakit lumayan parah. Nggak bisa bangun dari kasur, dan nggak bisa beraktifitas dulu, makanya harus izin. Mungkin juga besok dia masih nggak masuk."
"Sakit apa?"
Dewi mengangkat bahu sekenanya. "Kalau lo penasaran, coba tanya aja langsung ke Katrin, atau bisa ke rumahnya buat jenguk."
Garvin diam lagi. Menghubungi Katrin kembali tidak ada dalam rencananya. Tapi jujur saja, semenjak percakapan Katrin kemarin di laboratorium, Garvin merasa sedikit bersalah. Apa perbuatannya yang waktu itu sudah kelewatan? Karena kalau dipikir-pikir lagi, Katrin nggak layak disakiti begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Katrina
Teen FictionKatrin sebel banget sama Pak Anjar, guru matematikanya yang doyan diskriminasi itu. Gara-gara nilai ujian matematikanya yang di bawah standar, dia harus berurusan dengan Garvin atas perintah bapak itu. Garvin itu memang luar biasa pintar. Segala rum...