27 - Gagal dan Berakhir

3.7K 785 84
                                    

Chapter 27

"Nyokap sama bokap lagi ada jadwal praktek di rumah sakit," ucap Garvin ketika Katrin duduk di sofa ruang tamu rumah cowok itu.

Katrin melirik sekitar, menikmati pemandangan rumah bergaya America Classic yang dicat serba putih ini. Menurut Katrin, rumah mentor matematikanya ini sangat bagus dan bisa dibilang cukup mewah. Ukurannya memang tidak sebesar rumah-rumah selebriti yang sering muncul di vlog YouTube, tapi desainnya sangat mendetail, mulai dari ukiran dinding sampai perabotannya. Yang paling menyenangkan, suasananya terasa nyaman dan homely.

"Jadi lo sendirian di rumah?" tanya Katrin setelah tersadar dari ketersimaannya.

"Nggak, ada Bi Rima, dia ART disini, dan tukang kebun, Pak Yayan."

Katrin manggut-manggut. "Btw, luka lo harus diobatin, Gar."

Garvin menatap pergelangan tangannya sekilas. "Hmm, lo tunggu disini sebentar."

Garvin pun berjalan meninggalkan Katrin menuju dapur. Katrin kira Garvin segera kembali ke ruang tamu sambil membawa kotak obat, namun nyatanya setelah dari dapur, cowok itu malah mengambil langkah menaiki tangga, menuju lantai dua.

Tak lama kemudian, muncul Bi Rima, asisten rumah tangga Garvin yang membawakan nampan berisi sekaleng cola, segelas jus mangga, segelas es batu dan air mineral.

"Ini diminum, Mbak," ucap perempuan yang mungkin berusia 40 tahunan itu dengan ramah.

"Tamunya cuma saya sendirian, Bi, kok banyak banget minumannya?" tanya Katrin heran.

"Tadi Mas Garvin bilang bawa minuman apa aja yang ada Mbak, soalnya Mas Garvin nggak tau Mbaknya mau minum apa."

Katrin tercengang sesaat, kemudian dia hanya bisa meringis geli. "Oke deh, Bi, makasih, ya."

Setelah mengatakan bahwa Katrin bisa memanggilnya apabila dia meninginkan sesuatu yang lain, Bi Rima pun meninggalkan Katrin sendirian di ruang tamu ini.

Sekitar lima menit kemudian, Garvin kembali muncul. Sesuatu yang berada dalam gendongan Garvin membuat mata Katrin sukses berbinar ceria. Bobby!

"Astagaaa, Bobby!"

Kucing oranye itu pun turun dari gendongan Garvin dan berjalan ke arah Katrin.

"Dia gendutan banget, Gar, lo kasih makan apa?" Katrin menyambut Bobby dengan penuh suka cita. Kucing itu berputar-putar di pangkuannya. Dengan gemas, Katrin mengelus bulu-bulunya yang kini benar-benar terasa lembut, sangat berbeda dari kali terakhir Katrin memegangnya.

Garvin duduk di sofa yang berhadapan dengan Katrin. "Whiskas, kadang Royal Canin, kadang juga gue kasih ikan goreng."

"Makasih banget lho, karena lo Bobby jadi lebih lucu dan lebih sehat begini," ucap Katrin tulus.

"No worries. Itu udah kewajiban gue."

Katrin dapat melihat Garvin tersenyum singkat. Mata Katrin pun turun menatap tangan Garvin yang kini sudah diberi band-aids. Ternyata cowok itu mengobati lukanya sendiri.

"Cakaran kucing tadi nggak dalem banget, kan?"

Garvin menggeleng. "Cuma goresan aja."

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang