24 - Ruang Musik

5K 1.1K 174
                                    

Chapter 24

Jumat sore di jam pulang sekolah, Katrin langsung membawa Garvin ke ruang musik sekolahnya. Ruang musik SMA Gemilang berada di lantai 3, lantai tertinggi di gedung ini. Ruangannya cukup luas, berbagai alat musik yang tersedia disusun sedemikian rupa sehingga menjadi ruangan yang terlihat seperti studio musik.

"Kayaknya AC-nya mati, gue ngidupin AC boleh nggak, ya? Panas banget soalnya," ucap Katrin ketika sudah masuk ke ruangan bernuansa merah gelap dengan dinding kedap suara tersebut.

"Lo bayar SPP kan? Jadi, lo bisa menikmati fasilitas di  sekolah ini," jawab Garvin tanpa menoleh, dia berjalan menuju kursi kayu di dekat grand piano dan duduk disana dengan santai.

"Ketus amat, Gar," balas Bian sambil terkekeh.

Bian, teman setia Garvin yang bilang nggak bisa join hari ini, menyempatkan diri untuk mampir sebentar. Katanya, dia akan membantu Garvin dan Katrin memastikan alat musik yang tersedia dapat dimainkan.

Setelah menghidupkan AC ruangan, Katrin mendekati dinding yang terpajang berbagai jenis gitar listrik. "Pengin punya pacar yang bisa main gitar. Tapi mukanya mirip Shawn Mendes," gumam Katrin penuh khayal.

"Gue dong," balas Bian.

Katrin tertawa. "Menangis Camila denger pacarnya dimiripin sama lo."

"Eh emang mereka pacaran?" tanya Bian polos. "Gue kira temen duet doang."

"Nggak tahu juga sih, tapi kayaknya mereka pacaran. Deket banget soalnya."

"Kalau lo mau dapetin yang mirip Shawn Mendes, minimal lo harus punya suara kek Camila Cabello, biar bisa ngimbangin."

Katrin mendengkus sebal.

"So, hari ini kalian mau nyobain alat musik apa?" tanya Bian.

Katrin melirik Garvin. Cowok itu menatap sekeliling ruangan. "Drum."

"Oke, drum. Gue bantu cek dulu. Terus apalagi? Piano? Gitar listrik? Bass?"

"Nggak. Drum sama gitar akustik aja. Dan gitar akustik gue bisa ngeceknya sendiri."

"Lho, sayang banget. Mumpung udah disini, cobain semuanya, Gar. Kalau perlu seruling, harmonika, gendang, hajar semua," saran Katrin.

"Kita cuma bentar kan disini? Lagian gue beneran nggak tertarik sama yang lain."

Bian pun mulai mengecek drum agar siap dimainkan Garvin. Sedangkan Garvin sudah mengambil gitar akustik dan duduk di tempat semula. Katrin yang nggak tahu mau ngapain, menarik kursi kayu dan duduk di hadapan Garvin. Menunggu cowok itu unjuk bakat.

"Lo keliatan kayak orang yang udah profesional," puji Katrin karena posisi Garvin tampak begitu siap. Cowok itu memangku gitarnya, jari kirinya sudah menekan kunci, dan jari kanannya bersiap memetik senar.

"Gue punya gitar di rumah," jawab cowok itu pelan.

"Pasti banyak lagu yang lo bisa mainin."

"Nggak juga."

"Ayo coba lagu yang paling lo kuasain, gue pengin denger."

Niat Garvin untuk memetik gitarnya terurungkan ketika suara drum yang ditabuh Bian terdengar. Cowok itu rupanya cukup mahir dengan alat musik tersebut.

"Sudah oke nih drumnya," kata Bian. Dia mengangkat sepasang stick-nya ke udara. "Tinggal pukul-pukul aja pake ini."

"Enak aja tinggal pukul-pukul, kasih tutorial ke Garvin dulu dong," balas Katrin.

Bian bangkit dari duduknya dan meletakkan stick gitarnya di atas snare drum. "Silakan belajar secara mandiri. Cari aja tutorialnya di youtube, banyak kok. Garvin pasti langsung paham sekali tonton aja."

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang