Chapter 2Dalam satu minggu, Katrin hanya benci hari Senin sama Rabu. Soalnya pelajaran matematika di kelasnya jatuh tepat hari itu.
Selebihnya, Katrin biasa-biasa saja menghadapi hari-harinya. Contohnya ketika hari ini. Hari Selasa. Malah dia agak bergembira karena hari ini pelajaran di kelasnya nggak perlu pakai mikir berat, yakni Olahraga, Bahasa Inggris dan Pendidikan Agama.
Poin plusnya, jam pelajaran olahraga kelas Katrin, XI IPA 2, barengan dengan kelas XI IPS 1. Itu adalah kelas Reihan, ketua OSIS yang sudah jadi incarannya sejak lama.
Saat ini Katrin yang baru saja mengambil nilai lompat jauh, duduk di running track. Matanya tertuju pada lapangan sepakbola, tempat anak kelas XI IPS 1 sedang main bola voli.
Guru olahraga kelas IPS dan IPA memang beda. Makanya jam pelajarannya bisa berbarengan begini. Kalau kelas IPA, guru olahraganya adalah Pak Purwanta, guru dengan perawakan kurus tapi terlihat sangat kuat. Sedangkan untuk kelas IPS gurunya adalah Pak Rasyid, pria berumur empat puluh tahunan yang mukanya rada mirip komentator bola yang terkenal dengan kata "jebret"-nya.
Reihan, cowok jangkung dengan senyum seindah matahari pagi itu sedang men-servis bola voli dari sudut kanan belakang lapangan dengan kekuatan penuh. Terbukti dari arah bola yang langsung menuju pemain lawan yang paling belakang. Malah bola itu nyaris saja out.
Permainan mereka berangsur seru. Tapi bukan itu yang ingin Katrin lihat. Melainkan sosok Reihan yang punya kharisma-nya sendiri.
Bisa dibilang, Katrin udah naksir Reihan sejak awal masuk SMA. Mereka satu kelompok saat MOS. Selain cakep, cowok itu sangat baik, perhatian, dan punya good leadership, makanya Katrin langsung baper dan menganggap kalau Reihan adalah kandidat kuat untuk menjadi imam masa depannya kelak. Namun, Katrin nggak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya dengan gamblang, jadi dia hanya mampu mengagumi cowok itu dalam diam.
"Reihan bakalan kaget kalau sampe dia liat lo lagi melototinnya gitu," suara Dewi langsung menyentak Katrin. Ternyata dia nggak mengagumi cowok itu dalam diam. Buktinya Dewi aja tahu betul tentang perasaannya itu.
"Zina mata, tau!" dengus Dewi sambil terkikik geli. Dewi menjatuhkan bokongnya tepat di samping Katrin.
"Keren banget ketua OSIS kita satu itu," kata Katrin sambil tersenyum khas orang jatuh cinta. Senyum yang terlihat bego kalau diteliti lama-lama.
"Kodein dong biar dia peka. Diem aja nggak bikin dia suka balik sama lo." Kalau urusan percintaan. Dewi ini expert-nya. Kecil-kecil cabai rawit. Biar badannya mungil begini, mantannya cukup banyak.
"Bingung mau ngasih kode kayak gimana."
"Gue panggil aja dianya, ya? Bilang ada salam dari Katrina Nagita anak kelas XI IPA 2."
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Katrina
Teen FictionKatrin sebel banget sama Pak Anjar, guru matematikanya yang doyan diskriminasi itu. Gara-gara nilai ujian matematikanya yang di bawah standar, dia harus berurusan dengan Garvin atas perintah bapak itu. Garvin itu memang luar biasa pintar. Segala rum...