Warning: Silakan tarik napas dulu sebelum baca karena ini bakal panjang banget gaesss.
Selamat menikmati!🥰
***
Chapter 30
Biasanya ketika mendengar bel pulang sekolah berbunyi, Katrin akan diliputi perasaan senang. Setelah hampir seharian suntuk belajar, akhirnya dia punya waktu untuk malas-malasan. Namun, sore ini agak berbeda, ketika mendengar bel pulang berteriak nyaring, jantung Katrin mendadak berdebar kencang.
Teman-temannya mulai berbondong-bondong meninggalkan kelas. Dewi yang juga ada kegiatan les pamit lebih dulu pada Katrin. Sedangkan Katrin belum mau beranjak dari tempatnya, dia mengeluarkan iPadnya dari dalam tas dan memerhatikan dengan saksama hasil ilustrasinya. Ilustrasi yang sebentar lagi akan dilihat Reihan.
Baru kali ini Katrin merasa tidak percaya diri dengan gambarannya.
"Project Dies Natalis?" tanya seseorang dari sebelah Katrin. Katrin tersentak dan menemukan sosok Garvin lah yang ternyata barusan bersuara.
Katrin buru-buru mematikan layar iPadnya. Dia mendadak gelagapan.
"Eh, hai, lo belum pulang?" tanya Katrin basa-basi sambil mengemaskan barang-barangnya. Dia menjinjing tas bahunya dengan senyum canggung.
"Ceweknya mirip lo dan cowoknya jelas itu Reihan," ucap Garvin mengabaikan pertanyaan cewek yang kini berdiri sejajar di depannya.
Katrin langsung kagok. Rasanya seperti ketahuan maling. Dia hanya bisa meloloskan kekehan aneh dan berusaha menghindari tatapan Garvin.
"Itu sengaja, ya?" tanya Garvin lagi seakan belum puas membuat Katrin tersudut.
"Apanya?"
"Bikin ilustrasinya mirip kalian berdua."
"Ah, masa keliatan mirip?"
Pura-pura bego adalah jalan ninja Katrin.
"He-eh, mirip."
"Mirip aja atau mirip banget?"
"Siapa pun yang ngeliat pasti tahu itu lo dan Reihan," jawab Garvin begitu yakin.
Katrin sih cukup peka, ia tahu itu adalah reaksi negatif. Dia mampu menangkap nada remeh di kalimat cowok yang kini sedang melayangkan tatapan sok tahunya itu. Tapi Katrin nggak mampu berkomentar. Mengaku cuma membuat Garvin makin mengolok-ngoloknya, mengelakpun tidak ada gunanya karena Garvin tidak sebodoh harapannya.
"Nembak dengan cara ini, hm menarik. Kayaknya lo beneran suka sama dia."
Tentu saja! Balas Katrin dalam hati. Kalau dia nggak beneran suka, mana mau dia mengerahkan tenaga dan hatinya untuk menyiapkan ilustrasi ini.
"Good luck," Garvin menepuk bahu Katrin singkat. Lalu, cowok itu berjalan meninggalkan kelas.
"Good luck good luck apanya? Dalem hati pasti lagi julid," tebak Katrin sebal. Dia menghela napas panjang, mencoba meyakinkan dirinya untuk tak kembali gentar. Tekadnya untuk memberitahu Reihan isi hatinya lewat ilustrasinya sudah bulat.
Tak lama kemudian, Katrin memutuskan untuk memulai perangnya. Dia berjalan keluar kelas dengan langkah mantap. Cuaca sore ini mendung, sepertinya akan turun hujan. Semoga saja cuaca ini bukan pertanda bahwa Katrin akan mengalami hari super mendung karena ditolak Reihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Katrina
أدب المراهقينKatrin sebel banget sama Pak Anjar, guru matematikanya yang doyan diskriminasi itu. Gara-gara nilai ujian matematikanya yang di bawah standar, dia harus berurusan dengan Garvin atas perintah bapak itu. Garvin itu memang luar biasa pintar. Segala rum...