Chapter 28
Sesuai janjinya, Katrin berhenti merecoki Garvin mengenai passion cowok itu, dan sebagai balasannya, Garvin nggak akan lagi menghina-hina hobi menggambar Katrin. Hal tersebut betul-betul berlaku sejak percakapan mereka waktu itu hingga hari ini. Katrin merasa, hubungannya dengan Garvin kembali seperti sediakala dimana mereka tidak saling menyapa dan berinteraksi kecuali di kelas matematika.
Merasakan perubahan yang begitu instan setelah melalui proses panjang mengerjakan to do list itu, membuat Katrin tanpa sadar menghela napas panjang di tengah lamunannya di kelas Biologi pagi ini. Jujur saja, walaupun Garvin itu sangat menyebalkan, cowok itu juga punya sisi yang membuat Katrin sering terkesan. Sebut saja wajah gantengnya, kebaikannya yang suka nebengin Katrin pulang, ketulusannya merawat Bobby, dan sederet jasanya di kelas matematika, makanya bohong apabila Katrin bilang hidupnya akan sama saja dengan ada atau tanpa Garvin di dalamnya.
"Udah nyatetnya?" tanya Dewi yang duduk di samping Katrin. Kepala cewek itu menjulur melihat buku catatan Biologi Katrin yang terbuka di atas meja.
"Wah, gila lo! Tangan lo terbuat dari apa sih?" ucap Dewi heboh seketika.
Katrin menatap sohibnya itu bingung.
"Lo gambar sistem peredaran darah manusia segini bagusnya, insecure buku catetan gue ngeliatnya," lanjut Dewi.
Katrin menutupi tawanya dengan dengkusan pelan. Dia memang sudah mencatat apa yang diperintahkan gurunya. Berhubung hari ini materinya tentang sistem sirkulasi pada manusia, tentunya ada gambaran proses sistem peredaran darah. Berhubung Katrin suka menggambar, gambaran di buku catatannya bisa keliatan niat banget begini.
"Btw, dari tadi gue perhatiin lo keliatan nggak semangat. Gula darah lo turun?"
Kali ini Katrin sukses terkekeh. "Nggak lah. Gue sehat walafiat, kok."
"Lo banyak ngelamun. Mikirin apa sih?"
"Mikirin seseorang yang nggak harusnya gue pikirin karena kalau dipikir-pikir nih orang juga nggak bakal mikirin gue."
"Reihan?" tebak Dewi.
Katrin tersentak. Bukan Reihan. Entah kenapa kali ini pusat atensi pikirannya bukan ketua OSIS itu. Berhubung tak ada gunanya menceritakan tentang cowok lain yang sebenarnya ada di pikirannya itu, Katrin memutuskan untuk mengiyakan saja tebakan Dewi.
Berbicara tentang Reihan, Katrin jadi ingat satu hal.
"Eh Wi, mumpung Bu Ros lagi keluar, gue mau kasih tunjuk lo sesuatu."
"Apa?"
Katrin mengeluarkan iPad dari dalam tasnya. Dibukanya file terakhir gambarannya untuk project Dies Natalis. Ilustrasi laki-laki dan perempuan yang 95% sudah jadi.
"Ah, cakep banget gambaran lo!"
"Lo keinget siapa pas liat ini?"
"Ini mah lo dan Reihan banget," balas Dewi tanpa ragu. "Ceweknya jelas lo, rambut dikepang, mata besar, terus gaya pake seragam dan posturnya juga lo banget. Yang cowok juga mirip Reihan, rambut spike dia sama senyumnya itu lho, gue yakin seisi sekolah bakal sadar nih cowok ketua OSIS kita," lanjutnya sambil menunjuk sosok yang ada di layar iPad Katrin.
"Menurut lo reaksi Reihan bakal gimana, Wi?" tanya Katrin agak harap-harap cemas.
"Kalau dia nggak bego, dia pasti sadar. Kalau soal reaksinya sih kemungkinan dia bakal kaget, Kat. Ini tuh kayak dia ditembak secara nggak langsung gitu lho. Kalau semisal dia juga tertarik sama lo, dia pasti bakal mulai ambil langkah buat deketin lo soalnya karya lo ini kayak lampu ijo dari lo. Tapi kalau dia nggak suka sama lo, dia pasti risih ngeliat ilustrasi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Katrina
Teen FictionKatrin sebel banget sama Pak Anjar, guru matematikanya yang doyan diskriminasi itu. Gara-gara nilai ujian matematikanya yang di bawah standar, dia harus berurusan dengan Garvin atas perintah bapak itu. Garvin itu memang luar biasa pintar. Segala rum...