Chapter 43
"Kayaknya, aku harus minta royalti."
"Hah?"
Katrin yang semula sibuk dengan buku matematikanya mendongak bingung. Mereka sekarang lagi di Licious Romance, cafe favorite mereka yang letaknya tak begitu jauh dari sekolah. Karena sebentar lagi ujian semesteran, Katrin harus belajar matematika lebih ekstra demi menyelamatkan nilai semesternya. Dan tentunya Garvin, si mentor sekaligus pacarnya yang pintar itu setia menemaninya.
Selagi menunggu Katrin memecahkan soal-soal, Garvin duduk di sebelah cewek itu sambil sibuk memainkan ponselnya untuk menggulir sosial medianya. Di tengah kegiatannya, ada satu hal yang menarik perhatiannya. Apalagi kalau bukan sebuah foto promosi acara Dies Natalis yang diposting di instagram official OSIS sekolahnya. Ilustrasi karya Katrin terpampang disana.
"Ini aku kan?" Garvin menunjukkan layar ponselnya pada Katrin. Dan Katrin mendadak salah tingkah.
"Bukan, itu Kim Mingyu Seventeen," jawab Katrin asal.
"Orang Korea?"
Katrin mengangguk.
Alis Garvin sontak naik. Dia menatap kembali ilustrasi tersebut. Potongan rambut, bentuk rahang dan posturnya, bahkan merek sepatu yang dikenakan, Garvin bisa dengan mudah menyimpulkan kalau itu adalah dirinya. Tapi karena Katrin menolak mengakui, Garvin akan mengikuti permainan cewek itu.
"Oh, ganteng."
"Emang. Makanya aku gambar. Mukanya spek anime."
"Oh begitu."
"Iya, gitu." Katrin lanjut fokus pada soal-soal matematika di hadapannya sambil sesekali menyedot caramel macchiatonya.
"Tapi kok mirip aku ya, Kat?" tanya Garvin lagi yang sukses membuat Katrin nyaris tersedak.
Garvin menatap Katrin dengan senyum simpul. "Ternyata kamu udah naksir aku sejak lama."
Sejak kapan Garvin jadi narsis begini? Atau memang sejak dulu dia begini?
Katrin mencebik. "Pede banget, Gar. Dari mana coba miripnya?"
"Perlu aku sebutin?" tantang Garvin sambil menatap tepat di manik mata Katrin. Oke, Katrin mengaku kalah. Garvin tidak bisa ditipu.
"Aneh, kok kamu bisa sadar padahal ilustrasinya nggak mirip-mirip banget."
"Mirip, kok."
"Berapa persen?"
"Sekitar delapan puluh lima persen." Garvin bahkan memperbesar ilustrasinya agar bisa dilihat dengan jelas. Melihat itu, diam-diam senyum Katrin mengembang, tak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya Garvin akan tertarik akan hal seperti ini.
Katrin mengeluarkan iPadnya dari dalam tas, dia mengusap layarnya dan membuka hasil ilustrasinya pada Garvin agar cowok itu bisa lebih leluasa mengeceknya.
Garvin menyambut uluran iPad tersebut dengan senang. Baru kali ini dia diberikan akses untuk menyentuh dan mengutak-atik barang berharga Katrin yang satu ini.
"Bagus nggak?" tanya Katrin ikut mengintip apa yang Garvin lihat.
"Bagus."
"Kamu suka?"
Garvin cuma menaikan kedua alisnya sekilas tanda mengiyakan.
Katrin memandang Garvin dengan mata menyipit. "Kok reaksinya biasa aja gitu?"
"Emang harus gimana?"
"Kamu nggak seneng jadi inspirasi ilustrasi yang kubuat sepenuh hati ini?"
Garvin tersenyum. "Aku suka. Oke? Cuma agak kaget aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Katrina
Teen FictionKatrin sebel banget sama Pak Anjar, guru matematikanya yang doyan diskriminasi itu. Gara-gara nilai ujian matematikanya yang di bawah standar, dia harus berurusan dengan Garvin atas perintah bapak itu. Garvin itu memang luar biasa pintar. Segala rum...