Chapter 17
"Hei!" seru Katrin sambil menepuk keras punggung Garvin yang sedang duduk membelakanginya. Cowok itu langsung menoleh dan memandangnya sambil memelotot kaget.
Sadar kalau sapaannya berlebihan, Katrin nyengir bersalah. "Sorry, sorry, nggak sengaja."
"Jelas-jelas sengaja," balas Garvin.
Katrin duduk di samping cowok itu tanpa beban.
"Hari ini nggak ada pelajaran matematika, ngapain lo disini?" tanya Garvin dengan nada datar andalannya.
"Bukannya lo semalem bilang sampai ketemu besok di kelas matematika?" Katrin mengulang kalimat Garvin semalam dengan senyum mengejek.
"Lo ngantuk, jadi salah denger kali," balas Garvin cuek.
Katrin tersenyum.
"Kalau soal pembicaraan kita semalem tentang Bobby, lo beneran mau adopsi dia? Gue ngantuk semalem, jadi takut salah denger juga," goda Katrin.
Garvin menoleh singkat. "Yang satu itu lo nggak salah denger."
"Syukurlah, ntar gue kabarin Willy kalau gitu," jawab Katrin mantap. Dia akan mengabarkan Willy ketika cowok itu datang nanti.
Mata Katrin bergerak ke arah meja Garvin. Di atas meja tersebut terdapat buku Fisika yang sangat tebal. Wajah Katrin langsung takjub. Sekarang masih pukul enam lewat dua puluh menit, masih banyak teman-teman sekelasnya yang belum datang, dan Katrin yakin, guru-guru pun pasti masih dalam perjalanan menuju sekolah, tapi Garvin sudah membaca buku fisika. Niat belajar Garvin ini memang melampaui imajinasi Katrin.
"Ck, ck, nikmat banget hidup lo, ya, pagi-pagi udah sarapan fisika," komentar Katrin yang sebenarnya sarkas.
Garvin tak mengalihkan perhatiannya dari buku fisikanya, seolah sebelumnya dia nggak mendengar komentar apapun.
"Hello! Katrin's speaking!" ucap Katrin lebih keras.
Garvin menghela napas panjang. "Iya, hidup gue nikmat banget. Puas?"
Katrin mencibir. "Lo ada kerjaan nggak weekend nanti?"
"Kenapa?"
Katrin sudah memikirkan suatu rencana yang mungkin bisa membantu Garvin untuk menemukan passion dalam dirinya. Dan dia yakin, rencananya ini mungkin bisa terealisasikan kalau Garvin mau diajak kerja sama.
"Gue ada ide bagus biar lo nemuin passion dalam diri lo," jawab Katrin percaya diri.
Garvin memandangnya malas. Dari lagatnya, cowok itu pasti meremehkan ide Katrin, bahkan sebelum cewek itu menyebutkan apa idenya.
"Gue mau ngajak lo ke tempat-tempat yang mungkin aja bisa bikin lo nemuin passion dari diri lo."
"Tempat-tempat? Itu jamak? Lebih dari satu tempat?"
Katrin mengangguk bersemangat.
Garvin menghela napas panjang. "Mending lo gunain waktu lo untuk belajar matematika, bentar lagi ujian tengah semester," sarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Katrina
Teen FictionKatrin sebel banget sama Pak Anjar, guru matematikanya yang doyan diskriminasi itu. Gara-gara nilai ujian matematikanya yang di bawah standar, dia harus berurusan dengan Garvin atas perintah bapak itu. Garvin itu memang luar biasa pintar. Segala rum...