4 - Rabu Pagi

7.6K 1.2K 69
                                    

Chapter 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter 4

Di hari Rabu pagi yang mendung ini, Pak Anjar memberikan kumpulan soal mengenai logika matematika yang harus dikerjakan oleh seluruh siswa-siswi berdasarkan kelompok belajar masing-masing. Logika matematika adalah materi yang sebenarnya sudah diajarkan sejak awal semester kemarin. Hanya saja, Pak Anjar ingin sedikit mengulang untuk mengetes pemahaman anak didiknya.

Seperti biasa setelah mendapatkan lembar soal, Katrin harus ngungsi ke meja Garvin yang memang merupakan pasangan mutlaknya di kelas matematika.

Katrin menyiapkan alat tulisnya, dan dengan sok serius, dia mulai membaca sepuluh soal yang tertera di kertas.

Seingat Katrin, beberapa bulan lalu ketika membahas materi logika matematika, otaknya dengan cepat bisa memahami materi ini. Dia juga dapat nilai 70 saat latihan. Tapi itu seingatnya sih. Sayangnya seperti kata Garvin beberapa waktu lalu, dia punya ingatan buruk macam Dori.

Katrin kali ini agak setuju. Ingatannya memang bermasalah. Bisa-bisanya dia nggak ingat bagaimana cara mengerjakan soal tentang logika matematika ini  padahal materi ini sudah diajarkan sejak dulu.

Garvin yang menyadari keterdiaman Katrin akhirnya lebih dulu membuka suara. "Lo tau kan logika matematika?"

"Tau lah, itu tuh penalaran yang dipake untuk narik kesimpulan."

Aman. Setidaknya Katrin masih ingat apa definisi dan fungsinya.

"Modus ponens lo tau?" tanya Garvin lagi, kali ini dengan sebelah alis terangkat.

Pernah denger. Tapi lupa. Itu jawaban yang menari-nari di benak Katrin sekarang.

"Ingkaran? Pernyataan majemuk implikasi?"

Di saat-saat seperti ini hanya Google yang mampu menyelamatkannya. Tapi sayangnya, Katrin gengsi harus mengeluarkan ponselnya dan searching secara terang-terangan di hadapan Garvin. Bisa-bisa organ lunak di dalam tempurung kepalanya ini akan dihina-hina lagi oleh cowok itu.

"Modus tollens?"

"Modusin cowok gue tau," canda Katrin. Sayangnya itu nggak lucu-lucu amat untuk didengar. Terbukti dari ekspresi Garvin yang tetap datar kayak papan tulis.

"Sebenernya materi matematika apa sih yang lo tau?" Garvin jadi heran. Selama ini, Katrin itu kayak orang yang buta total kalau menyangkut matematika.

"Heh, jangan ngeremehin gue gitu. Gue tau perkalian, pembagian, FPB, KPK, akar, aljabar, bangun ruang, dan lain-lain."

"Itu pelajaran anak SD dan SMP, Kat!"

Katrin langsung terdiam.

"Serius dikit, lah!"

Ingin sekali Katrin berteriak. "Lo yang seharusnya santai sedikit!" tapi dia nggak punya nyali.

"Yaudah deh, langsung aja bahas logika matematika. Materi ini luar biasa mudah. Btw, IQ lo berapa?"

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang