9 - Faktor Reihan

6.7K 1.1K 36
                                    

Chapter 9

Walaupun udah sering banget ditegur Garvin, Katrin masih suka curi-curi buat main iPad ketika di kelas matematika atau pun ketika mereka berdiskusi tentang materi statistika untuk powerpointnya.

Seperti hari ini, di jam istirahat ketika mereka sedang membahas perkembangan powerpoint Katrin, cewek itu malah sibuk dengan benda pipih di tangannya. Katrin sedang dapat ide untuk konten terbaru komikstripnya, dan ide itu seakan berteriak-teriak minta dibebaskan dari kepalanya, makanya Katrin nggak bisa menahan diri untuk nggak membuka canvas digitalnya.

Melihat itu, Garvin cuma bisa menghela napas. Sial sekali kenapa dia bisa merasa bertanggung jawab atas cewek ini. Ini semua gara-gara Pak Anjar.

"Bodo, Kat. Jangan cari-cari gue lagi kalau lo bingung sama tugas ini!" ucap Garvin kesal, tanpa pikir panjang dia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Mending dia ngisi perut daripada bersama dengan orang yang bahkan nggak mengerti kebaikannya.

Katrin yang sadar bahwa Garvin sudah mencapai level muak buru-buru mengejar. Bisa gawat kalau sampai Garvin betul-betul meninggalkannya. Otak siapa lagi yang bisa dia andalkan untuk membantunya?

"Eh, Gar, tunggu bentar, belum selesai nih ppt gue!" balas Katrin panik sambil menenteng Ipad kesayangannya.

Tapi cowok itu tetap melangkah seakan tak mendengar apa-apa.

Ketika mencapai ambang pintu kelas, dengan sigap Katrin menarik tangan Garvin, menahan kepergian cowok itu.

"Sorry, sorry, gue nggak bakal mainin Ipad lagi," ujar Katrin, dengan tampang sok bersungguh-sungguh. "Deadline-nya tinggal seminggu lagi nih, masih banyak yang belum gue kerjain."

"Katrina?" Panggilan dari suara nge-bass itu menyentak Katrin. Saat menoleh dan melihat Reihan lah pemilik suara yang barusan memanggil namanya itu. Secara refleks, Katrin melepas tangan Garvin, bahkan setengah mendorong cowok itu.

"Eh, Reihan," Katrin mendadak salah tingkah. Kenapa juga Reihan bisa muncul secara tiba-tiba di depan kelasnya begini? Katrin nggak punya persiapan sama sekali!

Katrin melihat tatapan Reihan tertuju pada Garvin. "Gue ganggu kalian?" Tanya Reihan dengan senyum manis yang terbit di bibirnya.

Garvin meringis kecut. "Lo malah menyelamatkan gue," balasnya.

"Menyelamatkan lo?" Pertanyaan Reihan mewakili isi kepala Katrin.

"Biasa, nih cewek ngemis minta foto bareng, tapi gue nggak mau, masih aja maksa," Garvin berkata cuek sambil menunjuk iPad di tangan Katrin.

Katrin ternganga sesaat, rahangnya seakan nyaris jatuh ke tanah. Ngemis minta foto bareng Garvin? Ya Tuhan, yang benar saja! Katrin lebih milih foto bareng orang utan. Setidaknya masih ada ekspresinya. Dari pada foto sama Garvin. Datar. Kayak foto sama tembok!

Reihan tertawa, tawa pelan yang terdengar tertata. Katrin langsung mengalami butterfly effect di perutnya hanya mendengar tawa itu.

"Katrina, gue mau ngobrol sama lo bentar, boleh?" tanya Reihan kemudian.

Menggobrol. Satu kata yang terdengar biasa. Tapi bila ditambah dua kata di belakangnya yang berbunyi dengan Reihan. Maka itu akan menjadi tiga kata yang keindahannya sudah menandingi ungkapan I love you.

Menggobrol dengan Reihan. Yang benar saja! Dia pasti sedang dapat jackpot! Mimpi apa Katrin semalam?!

Berusaha menutupi rasa excitednya yang membuatnya mendadak deg-degan, Katrin membalas senormal mungkin. "Ngobrol tentang apa, Rei?"

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang