39 - Pawrents

3.1K 568 74
                                    

Chapter 39

"Lo ada urusan pulang ini?" tanya Garvin sambil memasang sabuk pengamannya dan menyalakan Fortuner abu-abu kesayangannya.

"Hm, nggak ada sih," Katrin duduk manis di kursi penumpang, berdampingan dengan Garvin yang sudah siap memanuver mobilnya meninggalkan area sekolah.

"Mau jenguk Bobby?"

Katrin terdiam, mencoba mempertimbangkan ajakan itu matang-matang.

Sore ini Katrin memang berakhir di mobil Garvin sesuai permintaan cowok itu yang mau mengantarnya pulang. Awalnya sih Katrin mau menolak, tapi kata Dewi, di saat-saat begini bukan saatnya untuk main tarik ulur. Dia harus menghadapi Garvin agar tahu apa yang sebenarnya cowok itu mau.

"Nggak mau?" tanya Garvin lagi karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Katrin. Katrin menoleh ke arah cowok itu sebentar, mencoba membaca pikirannya. Apakah ajakan melihat kucing ini hanyalah bagian dari modus Garvin? Kalau modus, berarti Garvin sedang melancarkan serangan PDKT-nya. Tapi berbicara tentang PDKT, apa perlu mereka melakukannya lagi setelah Garvin melemparkan pernyataan cintanya kemarin? Kok Garvin nggak langsung ngajak pacaran aja, ya? Pola Garvin sepertinya memang selalu sulit Katrin tebak.

"Hm, mau sih, tapi pulangnya nggak bisa malem. Bisa anter gue ke rumah sebelum jam 6?"

"Bisa," jawab Garvin singkat. Dia memanuver mobilnya meninggalkan area parkiran sekolah.

Sepertinya main ke rumah Garvin tidak terlalu buruk. Sudah lama juga dia tidak menjumpai si Bobby.

Katrin tahu perjalanan selama ke rumah cowok itu akan berlangsung canggung, jadi dia berinisiatif menyetel lagu agar suasana di mobil tidak terasa seperti kuburan.

"Tadi Reihan nemuin lo karena nanyain ilustrasi?" Tanpa diduga, Garvin duluan yang mencari topik pembicaraan.

Gara-gara itu Katrin jadi teringat kembali dengan janjinya menunjukan hasil ilustrasinya pada Reihan besok. Sudah pasti malam ini dia harus bergadang menyelesaikannya agar Reihan tidak mempertanyakan progresnya terus menerus. Katrin juga merasa jika PR nya itu sudah selesai, bebannya juga akan berkurang, dia bisa fokus pada konten kitkatcomic-nya yang sudah cukup lama tidak update.

"Iya, Dies Natalis udah makin deket, makanya gue ditagihin si ketua osis itu terus," ucap Katrin.

"Emang belum selesai juga? Terakhir gue liat bukannya udah jadi?"

"Itu masih pake muka Reihan, you know, gue nggak mungkin kasih tunjuk dia. Gue harus revisi kepala karakter cowoknya."

"Oh..."

Jawaban super singkat itu membuat Katrin kembali menatap Garvin. Sebagai seorang jenius pemegang peringkat satu di kelas dan dikenal sebagai anak emas di mata guru-guru, apa dia nggak ada niat menawarkan solusi? Atau paling tidak kasih semangat kek meski cuma basa-basi? Katrin diam-diam mencibir. Ternyata Garvin tetaplah Garvin yang sok cool dan tidak pandai bersosialisasi.

Katrin mengeraskan volume di audio mobil Garvin. Suara Charlie Puth lebih enak didengar di situasi begini. Untuk beberapa saat hanya lagu Cheating on You yang terdengar.

"Lo suka banget sama Reihan?" tanya Garvin tiba-tiba.

Katrin tertegun, niatnya mau ikut bersenandung terurungkan, mau tidak mau matanya kembali menatap Garvin yang sedang serius mengemudi.

"Just wanna know," lanjutnya sambil menangkat bahu sekenanya.

"Terakhir kali lo liat kan gimana gue patah hati karena dia?"

"Sekarang gimana? Masih patah hati?"

Katrin tak mampu membalas.

"Dia nggak secakep itu, Kat. Nggak pinter dan nggak super baik juga. I don't know why you are madly in love with him."

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang