41. Family Dinner

2.8K 514 61
                                    

Chapter 41


Katrin tak bisa berkata-kata lagi ketika mamanya menginfokan bahwa pertemuan alias reuni orang tuanya dan orang tua Garvin batal diselenggarakan di restoran karena restoran yang mereka inginkan sudah full-booked untuk weekend nanti. Namun, sebagai gantinya, pertemuan itu akan berlangsung di rumah Tante Inna dan Om Garta, which is rumah Garvin yang selama ini sering Katrin kunjungi.

Entah kenapa, Katrin merasa tidak enak hati. Bayangan akan dijamu keluarga Garvin saja sudah terasa begitu canggung. Maksud Katrin, kalau hanya sekadar mau menggobrol saja, tidak perlu sampai merepotkan keluarga Garvin. Mereka orang yang sibuk. Katrin merasa, mamanya sudah salah langkah karena menyetujui undangan ini.

Sayangnya Katrin tidak punya kuasa untuk membantah. Mau tidak mau, dia tetap harus bergabung dalam acara tersebut. Malam ini, dia sudah bersiap-siap. Jangan berekspektasi Katrin akan memakai dress cantik seakan ini adalah first dinner date-nya, dia lebih memilih memakai rok linen beige dengan kancing depan yang panjangnya selutut lalu atasannya dipadu dengan blouse berwarna hitam polos yang simple. Setidaknya dia tidak perlu berpakaian heboh karena dia bukan karakter utama dalam pertemuan ini. Pertemuan ini adalah milik papa dan mama mereka.

Di dalam mobil, Katrin diam saja. Dia sibuk memainkan iPadnya untuk mengecek komentar yang masuk pada akun kitkatcomic. Tadi sore dia baru saja mem-posting konten baru. Konten receh Kit dan Kat yang sedang keringat dingin di restoran jepang karena membaca menu sushi yang tidak ada referensi gambarnya di buku menu. Tidak ada dialog disana, kecemasan Kit dan Kat hanya tergambarkan melalui ekspresi mereka.

"Katrin, kamu sering main ke rumah Garvin?" tanya papanya saat mereka sedang dalam perjalanan.

"Nggak juga, Pa. Cuma dua atau tiga kali. Itu pun cuma karena mau liat Bobby," jawab Katrin.

"Kucing itu betah tinggal sama Garvin?" sahut mamanya.

"Betah," Katrin nyengir kecil. "Dikasih makan royal canin soalnya."

"Wah, kayaknya Garvin sayang kucing, ya. Kucingnya bukan cuma Bobby aja?" tanya papanya lagi.

"Cuma Bobby, kok. Garvin bilang Bobby itu kucing pertama yang dia urus. Untungnya Garvin bisa sayang sama kucing itu. Ya, kalau dilihat, Bobby emang gemes sih, siapa yang bisa nolak pesona dia?"

"Kok bisa sih dia mau nerima kucing yang kamu sodorin gitu aja?" ucap papanya masih penasaran.

"Ya karena Bobby gemes, Pa," ulang Katrin meyakinkan.

"Nggak mungkin, mama liat gimana kucelnya Bobby dulu," jawab mamanya.

"Kucel bukan berarti jelek dan nggak menggemaskan, Ma. Tapi kemarin sebenernya aku emang agak maksa Garvin sih, rencananya cuma nitip sehari doang soalnya ada temenku yang lain yang harusnya ambil. Eh, tapi tanpa disangka-sangka Garvin bilang biar dia aja yang urus seterusnya. Pas bilang gitu, itu beneran keputusan Garvin sendiri dan bener-bener nggak ada unsur pemaksaan dari aku," bela Katrin. "Jadi, Garvin melihara Bobby sampe sekarang dan aku cuma suka jenguk kalau lagi kangen."

"Papa baru tahu kalian sedeket itu."

"Eh?" Katrin agak terperangah.

"Kirain cuma temen sekelas doang. Mentor matematika. Ternyata kalian akrab banget ya sampai berbagi mengurus kucing," tambah papanya. Katrin bersumpah dapat mendengar nada menggoda dari suara papanya tersebut.

Katrin mengerjap, mendadak dia jadi panik. Dia punya firasat dia akan diceng-cengin saat tiba disana dan satu meja dengan Garvin.

"Nggak gitu, Pa. Kami emang deket, kok. Tapi nggak kayak yang papa pikirin."

Karena KatrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang