Ketukan irama pada sepatu stiletto berwarna merah menyala berbenturan pada lantai keramik berwarna grey itu seketika menggema seluruh penjuru lorong bersamaan para karyawan yang berpapasan segera menunduk menghentikan langkah memberi hormat pada sang atasan.
Beberapa hanya diam, namun tak sedikit juga mengucapkan sapa meski tak akan pernah ada balasan apapun yang terlontar dari gadis berambut panjang itu berjalan angkuh sampai ke ruangannya.
Sekretarisnya saja hanya membungkuk hormat mengucap salam dan itu hanya dibalas gumaman. Sungguh atasan yang sangat arogan.
Sampai ke ruangannya dan duduk manis di kursi kuasa, ketukan pintu itupun langsung terdengar menyapa telinga. Padahal ia baru saja akan bersantai sebentar sebelum memulai bekerja.
"Masuk." Titahnya seraya membuka ponselnya mengecek getar suaranya yang terus mengusik sejak diparkiran tadi.
Dan benar saja ibunya mengiriminya pesan lebih dari 20 kali. Jangan lupakan jika 5 dari pesan terbarunya adalah hanya mengulang dari pesan yang awal. Astaga.
"Ini laporan yang nyonya minta semalam." Ucapnya seraya meletakkan berkas penting itu di atas meja tepat dihadapannya.
"Hem, kau sudah bekerja keras." Jawabnya tanpa menatap sekretarisnya itu ataupun berkasnya. Atensinya masih berfokus total pada layar ponselnya yang menyala membaca pesan dari ibunya.
Hanya sebatas itu namun langsung dipahami oleh sekretarisnya itu lalu keluar dari ruangan setelahnya.
Tepat pintu ruangan itu tertutup rapat, gadis itu langsung melarikan jemarinya menelpon ibunya tanpa harus repot-repot membalas.
"Eomma! Ini masih pagi, kenapa mengirim banyak pesan yang sama padaku?!" Protesnya seketika kala sambungan telepon itu sudah tersambung pada ibunya.
"Kau tak membalasnya jadi eomma mengirim ulang."
"Ya Tuhan! Aku sedang diperjalanan ke kantor. Aku pasti akan membalasnya jika sudah sampai." Balasnya memijat keningnya kemudian.
"Kalau begitu kita makan siang bersama nanti. Eomma akan datang berkunjung ke kantormu. Ok?!"
Tutupnya sebelum dirinya menjawab menjadikan ia pun menatap ponselnya terperangah tak percaya.
~~~~
Seperti sarapan pagi pada umumnya, hening dan tenang. Hanya suara dentingan alat makan yang terdengar di ruang makan ini tanpa ada yang berbicara atau mungkin belum memulai karena Baekhyun tidak mungkin hanya diam.
Matanya menatap ke arah anak-anaknya yang sibuk menghabiskan sarapan. Eun ha dan Junhee memang selalu setenang ini jika makan tapi Eun hi biasanya putri bungsunya itu akan banyak tingkah atau bicara dalam situasi apapun tapi sepertinya kali ini tidak ada tema menarik yang putrinya itu temukan. Jadi Eun hi pun turut diam menikmati menghabiskan sarapan miliknya tanpa bicara.
"Appa sudah menjadwalkan les untuk Junhee minggu depan." Ucap Baekhyun membuka suara setelah keheningan yang melanda.
Junhee seolah sudah mengetahuinya, jadi putra sulungnya itu hanya menatap ayahnya sebentar seraya menganggukkan kepalanya menjawab.
"Nde."
Selanjutnya Baekhyun pun beralih menatap kedua putri kembarnya itu kemudian, "untuk Eun ha dulu, appa sungguh tidak mau lagi mendengar keluh kesah Eun ha jika itu tentang berhenti sekolah. Bagaimana pun juga appa sudah menempatkan kalian pada sekolah yang terbaik di sini dan appa tidak suka jika mendengar hal bodoh itu lagi. Eun ha mengerti?" Tegasnya masih dengan bernada lembut juga pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Spring (Sequel 'YOU') [ TAMAT ]
FanfictionLet's meet in the next life for my meaningful love.