Tidak ada yang mulai berbicara, keduanya menciptakan suasana canggung seketika dalam perjalanan. Sibuk masing-masing dalam keterdiaman. Sedangkan Jihae sendiri memang tidak berniat apapun untuk membuka suara. Rasa malu, kesal dan juga marahnya telah melebur menjadi satu. Terlalu bingung harus bagaimana sekarang, dan diam adalah solusi yang tepat.
Memandang jalanan dari arah jendela kaca dari sampingnya membiarkan kecanggungan terselimuti dalam keterdiaman yang panjang seperti sekarang. Toh Jihae memang tak berniat untuk mengobrol dengan pria asing seperti Baekhyun.
Lain halnya Jihae yang tak ingin bersuara, Baekhyun justru kebalikannya. Matanya sesekali melirik pada gadis di sampingnya itu bingung harus bertanya apa dan membahas tentang apa.
Ayolah, Baekhyun itu bukan lagi anak muda dunianya hanya berfokus pada pekerjaan dan juga anak-anak. Ia sudah jarang mengikuti tren masa kini seperti dulu, hanya sesekali itupun jika bukan dari sekretarisnya atau dari Junhee putranya yang bercerita, Baekhyun sungguh tak tahu apapun.
Dan sekarang ia tengah dihadapkan pada gadis muda seperti Jihae, yang pasti jauh lebih banyak mengetahui hal-hal yang Baekhyun sendiri tidak tahu. Akan sangat memalukan jika Baekhyun tidak mengetahui sesuatu meski itu hanya sedikit. Ya Tuhan.
"Turunkan saja aku setelah belokan di depan." Ucap Jihae membuka suara.
"O? Tapi itu bukan jalan menuju rumahmu."
"Aku harus membeli sesuatu sebelum pulang--"
"Aku akan menunggu."
Jihae menoleh menatap Baekhyun dengan ekspresi wajahnya yang tak terbaca namun menyimpan gerutuan kesal di mulut dan juga sorot matanya.
"Jogiyo--"
"Jangan membuat saya harus melanggar amanah hanya karena hal sepele. Saya bukan orang yang tidak tahu sopan santun nona." Ucap Baekhyun dengan tersenyum hangat dan matanya yang fokus di jalanan.
Jihae hampir membuka suara membalas, tapi Baekhyun justru telah menghentikan mobilnya di tepi jalan tepat di mana gadis Kim itu maksudkan.
"Saya akan menunggu." Ucap Baekhyun final sambil menatap lekat pada sosok Jihae.
Baiklah, anggap saja Jihae tengah lelah sekarang memprotes hingga beradu mulut akan sangat melelahkan, lagipula akan menjadi tidak sopan sama sekali jika sampai hal itu terjadi. Ibunya pasti akan memarahinya habis-habisan jika sampai mengetahuinya.
Mendesah kasar lalu membuka pintu, keluar dari sana tanpa mengatakan apapun. Jihae memang sudah berencana membeli kue untuk kakaknya tapi karena ibunya rencananya tertunda seketika.
Di sisi lain Baekhyun menghela nafasnya tepat ketika Jihae keluar dan menutup pintu mobilnya. Sungguh ia hampir terkena serangan jantung dadakan jika tak ingat dirinya masih memiliki tanggung jawab terhadap anak-anaknya.
Ini bukan tentang perasaan hati yang gugup karena hal lain atau semacamnya, justru ini lebih kepada gugup karena takut akan sikapnya yang mampu membuat gadis itu menilai buruk tentangnya. Baekhyun sungguh tidak ingin sampai ibunya terkena masalah karenanya.
Ddrrt.. ddrrtt..
Getaran pada ponselnya sukses membuat Baekhyun mengalihkan fokus kemudian terlebih ketika nama 'princess Eun hi' tertera di sana.
"Yeoboseyo?"
"Appa! Kenapa appa belum pulang? Nenek bilang appa sedang pergi. Odiya?"
"Hanya mengantar teman, appa akan segera pulang setelah ini."
" apa akan lama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Spring (Sequel 'YOU') [ TAMAT ]
Hayran KurguLet's meet in the next life for my meaningful love.