[DISELESAIKAN]
Entah sebutan apa yang pantas untuk sosok seorang Gentala. Berandalan, biang onar, perusuh, bad boy, brengsek, hingga kata bajingan pun tidak segan-segan disandingkan dengan sosoknya.
Si biang onar nomor satu disekolah SMA Ravindra U...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍 • • •
I hope you enjoy reading this. 🔍
×××
Berpegangan dengan lengan Gentala, Shaletta menuruni motor hitam Gentala dengan hati-hati.
Seperti biasa, setiap hari Gentala akan menjemput dan mengantarnya. Bedanya, Shaletta kini tidak perlu kucing-kucingan dengan Papa dan kedua kakak kembarnya itu. Agnetta, Mamanya, sudah mengunci ketiga pria itu agar tidak bisa keluar dan menghalangi perginya Shaletta bersama Gentala ke sekolah.
Harusnya, hal itu membuat Gentala menjadi jelek. Tapi, kenapa malah kegantengan Gentala semakin bertambah. Shaletta merasa ini tak adil. Bisa-bisanya pacarnya ini tidak memiliki kondisi dimana situasi dirinya menjadi jelek.
Pipi Shaletta memerah.
Pacar?
Sekarang ia mengakui sosok pria tinggi ini sebagai pacarnya. Degupan jantungnya pun semakin menggila.
Gentala menaikkan alisnya, bingung. "Kamu sakit?" Lalu meletakkan tangannya dengan lembut didahi Shaletta.
Shaletta diam.
Mereka berdua tidak sadar, beberapa murid memperhatikan kedua sejoli itu. Sudah seminggu lebih tapi rasanya tetap saja aneh melihat ketua Zephyr itu memperlakukan orang lain dengan sangat-sangat baik. Apalagi ini perempuan, manusia yang sangat jarang berdekatan dengan Gentala.
"Kamu kenapa? Ga demam kok" Gentala menangkup wajah Shaletta dengan kedua tangannya.
"Gapapa, mungkin karna kepanasan." Jawab Shaletta asal. Menurunkan tangan Gentala dari wajahnya.
Gentala mengangguk, lalu menggenggam tangan Shaletta, berjalan menjauhi parkir.
"Kamu udah ganti perbannya belum, kak?" Shaletta memandang Gentala yang lebih tinggi darinya.
"Belum, susah. Tadi juga mandi aku sekalian basah aja sama perbannya. Kamu ganti aja nanti di UKS." Ucap Gentala dengan telinga yang sudah memerah. Walaupun mukanya datar, biasa saja. Shaletta yang kini sudah tau bagaimana Gentala malu malu tertawa kecil. Duh, rasanya ingin memeluk Gentala gemas.
"Sekarang? Masih 15 menit lagi sebelum masuk. " Shaletta memandang jam ditangannya. Gentala mengangguk.
. . .
Hanya satu orang yang menjaga UKS. Shaletta mengenalnya. Dara namanya, ia salah satu temannya dikelas.
Dara memberikan kotak yang didalamnya sudah berisi perban dan alat-alat yang diperlukan Shaletta.