BAB 20

14.4K 1.1K 385
                                    

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍


I hope you enjoy reading this. 🔍

×××

"DEK, DAH SIAP BELUM?" Lio menggedor kamar adiknya itu.

Jam sudah menunjukkan waktu 8 pagi. Hari ini weekend, semua keluarga sudah berkumpul dengan baju formal.

Shaletta yang sibuk menata rambutnya itu berdecak gemas.

"TOLONG YA, GA MAU LIAT ADEKNYA CANTIK APA?" Balas Shaletta dari dalam kamar. Setelah selesai dengan rambutnya yang tertata. Shaletta menuju pintu kamarnya lalu membukanya.

Terpampanglah Lio dengan jas biru dongker formalnya. Lio menatap adiknya itu terpukau. Lio langsung refleks memeluk adiknya itu.

"Adek kakak cantik banget. Kamu ga usah ikut aja deh. Dirumah aja. Nanti buaya pada keluar dari kandang nya semua."

Shaletta memutar bola matanya malas. "Lebay ih. Ayo, yang lain pada nunggu nih pasti."

Lio pun segera memberikan tangannya untuk menggandeng adik cantik dan menggemaskan nya.

Keluarga Pramudana yang sudah rapi menatap takjub Shaletta. Raffan sudah berkaca-kaca melihat bayi perempuan mungilnya kini sudah beranjak dewasa.

"Ck" Decakan kesal Raffan terdengar. Agnetta melihat suaminya itu bingung.

"Kamu kenapa coba?"

Raffan memeluk pinggang istrinya itu, mencium pipinya sekilas. "Aku merasa waktu cepat berlalu aja, apalagi bayi kecil kita udah pada dewasa. Apalagi baby girl. Damn Ravindra's eldest son." Ucap Raffan marah dan kesal.

Mencubit bahu suaminya, "Awas loh ya kalau kamu bikin kenapa-kenapa Gentala."
Peringat Agnetta.

Izza segera mendatangi Lio dan Shaletta yang berjalan menuju mereka. Shaletta yang melihat kakaknya itu juga menyediakan tangan untuk digandeng, segera menyambutnya bahagia. Berjalan dengan di gandeng oleh kedua kakaknya, membuat perasaan Shaletta membuncah bahagia.

Menghampiri Raffan dan Agnetta, Shaletta mencium pipi Agnetta, lalu memeluk Raffan.

"Oke, kita berangkat sekarang, keburu lama dijalan nanti." Ucapan Agnetta serentak diangguki oleh Keturunan Pramudana itu.

.
.
.

Hari kelahiran Gibran, tidak seperti anak-anak pada umumnya. Pada keluarga Ravindra, mereka terbiasa untuk melakukan sebuah acara pengenalan tepat di hari kelahiran mereka yang ke-9 tahun.

Banyak keluarga terpandang yang menghadiri pesta perayaan Gibran, dan itu termasuk keluarga Shaletta, keluarga Pramudana.

Suami-istri Pramudana, orang tua Shaletta, berjalan didepan diikuti Shaletta dan kedua kakak kembarnya.

GENTALA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang