📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍
•
•
•I hope you enjoy reading this. 🔍
×××
Motor sport milik Gentala dan Jeremi kini sudah terparkir rapi didepan rumah Dilla.
Shaletta tersenyum menghampiri Gentala yang masih menampilkan raut datarnya, sepertinya pemuda itu masih ngambek perihal kejadian satu jam yang lalu.
"Ayo, kita duluan ke tempat." Ucap Jeremi memberikan senyumnya ke Dilla yang kini sudah malu-malu.
"E-eh iya kak. Ta, gue duluan." Segera dua sejoli itu pergi dari pandangan mata Shaletta.
Shaletta melambai, membalas Dilla yang Shaletta tau, kini sedang bahagia sekali.
Kini fokus Shaletta kembali kearah Gentala yang diam.
"Kita ga usah pergi aj.. -
"ENAK AJA." Gentala menatap tajam gadis di depannya. Shaletta menghembuskan nafasnya kasar.
"Ya terus? Mau diem-diem aja gitu?" Kesal Shaletta.
Gentala diam.
"Iya, iya. Udah jangan marah lagi. Yuk, jalan terus." Shaletta memberikan senyumnya.
Gentala melepaskan helm yang sedari tadi belum dilepas nya, turun dari motornya. Mendekap Shaletta erat. Menyembunyikan wajahnya dileher Shaletta.
"I need you like a heart needs a beat. Jangan coba-coba untuk tidak memedulikan aku." Titah Gentala.
"Oke, Big boss." Shaletta membalas pelukan Gentala.
.
Duduk diatas pasir, dengan menikmati laut membuat senyum Shaletta mengembang. Gentala datang dengan dua kelapa ditangannya.
"Punya kamu." Gentala meletakkan kelapa tanpa campuran apapun itu didekat Shaletta. Shaletta tersenyum, mengucapkan terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENTALA✔
Teen Fiction[DISELESAIKAN] Entah sebutan apa yang pantas untuk sosok seorang Gentala. Berandalan, biang onar, perusuh, bad boy, brengsek, hingga kata bajingan pun tidak segan-segan disandingkan dengan sosoknya. Si biang onar nomor satu disekolah SMA Ravindra U...