BAB 1

34K 2.2K 47
                                    

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍


I hope you enjoy reading this. 🔍

×××

"Pagi!" Semangat Shaletta pagi ini. Segera ia mencium pipi kedua orang tuanya, serta kakak kembarnya.

Raffan Pramudana, sang Ayah, menatap anaknya yang sudah berdandan rapi. "Kamu mau kemana, baby girl?"

"Mau keluar sama Dilla, kami janjian, Pa. Boleh, kan?" Shaletta memandang Papanya dengan berkedip-kedip sok imut.

Kakak laki-laki pertamanya mendengus, "Prosedurnya salah. Harusnya, kamu ijin dulu, terus siap-siap setelah ngantongin izin, dek. " Gemas Izza Fannan Pramudana atau yang akrab dipanggil Izza.

"Mending sama kakak aja keluarnya. Bagaimana?" Tanya Adelio Asad Pramudana atau yang akrab dengan nama Lio.

Shaletta menggeleng tegas.

"Ga, ga bisa. Hari ini girls day only. "

Yakali, Shaletta membawa kakak nya itu. Yang ada kebebasan ia berjalan-jalan nanti hilang dong. Sudah Shaletta kasih tau kan, bahwa ketiga laki-laki Pramudana itu overprotective?

Izza dan Lio saling pandang. Berfikir keras agar adik perempuan kesayangan mereka bisa menghabiskan waktu bersama mereka saja.

Shaletta mendengus, mengerti jalan pikiran kedua kakak kembarnya itu.

"Ayolah, Pa. Boleh, dong. Seminggu lagi aku sekolah. Dilla sama Letta mau cari barang-barang keperluan sekolah juga." Shaletta menggenggam kedua tangan sang Ayah merengek.

Raffan berfikir sejenak, menatap wajah anaknya yang kini sudah memberikan tatapan menggemaskan.

"Oke." Ucapnya.

Izza dan Lio memandang tidak setuju.

"Pa, jangan dong. Masa keluar ga sama kita?" Lio mengangguk setuju mendengar perkataan Izza.

Shaletta memandang sinis kedua kakaknya.

"Adek kalian mau main-main sama temannya biarin dong, lagian ada Dilla juga." Agnetta meletakkan nasi dan lauk ke piring Raffan.

"Ma, diluar banyak pria."

"Bodo, kalian juga pria." Shaletta menggeram kesal.

"Beda, dek. Kita kakak kamu." Ucap Lio.

"Sudah. Papa memberikan ijin. Tapi, batasnya sampai sore." Ucap Raffan final.

Shaletta mengangguk senang, memberikan ciuman kepada Papa dan Mamanya, lalu memberikan ejekan kepada kedua kakak kembarnya itu.

GENTALA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang