BAB 25

9.6K 766 402
                                        

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍


I hope you enjoy reading this. 🔍

×××

Shaletta berlari menuju kelasnya. Hari ini ia berangkat lebih lambat dari biasanya. Gentala? Entah kemana laki-laki itu, dari kemarin sama sekali tidak ada kabar. Shaletta khawatir. Tapi, saat ini ia lebih mengkhawatirkan dirinya yang akan dihukum jika telat menuju kelas.

Tiba di kelas, Shaletta segera membukanya. Guru didepan kelas, dengan kacamata khasnya tersenyum manis, yang menurut Shaletta itu lebih mengerikan, "Shaletta silahkan berdiri di tengah lapangan, dan hormat kepada bendera sampai bel pembelajaran saya usai."

.

Terik matahari membuat Shaletta kini harus menahan haus yang sangat menggerogoti tenggorokannya.

Setelah berlari menuju kelas tadi, dan kini melaksanakan hukumannya, ia sama sekali belum meminum seteguk air pun untuk menghilangkan dahaga.

Bel pergantian jadwal pembelajaran berbunyi.

Shaletta langsung menghembuskan nafasnya lega, segera ia berjalan ke bawah pohon rindang didekatnya. Fokusnya saat ini hanya ingin mendinginkan tubuhnya.

Sembari mengipaskan dirinya dengan buku tulis pelajaran. Perempuan yang tertutupi matanya dengan poni datang menghampiri.

Shaletta memandang bingung.

"Kenapa ya?"

"I-ini minumnya. Untuk Shaletta." Ucapnya gugup.

Shaletta bingung. Ingin bertanya lebih lanjut, tapi perempuan itu sudah memberikan air mineral dingin, dan langsung kabur dari sana.

Karna dahaga yang sudah tidak bisa dikompromi lebih lanjut, sesegera mungkin Shaletta meminumnya. Berterimakasih kepada perempuan tadi yang entah siapa, karna telah memberikannya minum.

Dari jauh Gentala memberikan uang lebih kepada perempuan yang disuruhnya. Lalu mengusirnya.

Saat ini, foto kemarin masih membekas di ingatannya. Kenapa bisa Shaletta bersama Hendra kemarin?

Jika Shaletta tau ia menghindarinya, sudah dipastikan perempuan itu akan tertawa dan menggoda Gentala karna begitu cepat berasumsi.

Gentala mengepalkan tangannya.

Tidak bisa.

Nanti ia akan menemui Shaletta.

Ternyata benar, jiwa bucinnya sudah mendarah daging.

.

Seperti pasukan zombie yang kelaparan. Begitu bel tanda istirahat berbunyi, semua siswa tergesa-gesa keluar dari ruangan kelasnya.

GENTALA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang