BAB 18

13.7K 1.2K 176
                                    

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍


I hope you enjoy reading this. 🔍

×××

Rafael mengedipkan matanya. Cewek-cewek menahan pekikan bahagianya. Malam ini di arena cukup ramai khalayak muda-mudi.

Para cewek tentu datang karna banyaknya cogan-cogan yang berkumpul malam ini, apalagi kumpulan inti Zephyr.

"Berisik banget." Nicholas menatap dingin kepada sekempulan para cewek yang tadi dikedip menggoda oleh Rafael.

"Iri banget lo, bucin." Rafael menatap sinis Nicholas.

"Jomblo, diem." Nicholas berucap datar.

Mengepalkan tangannya gemas melihat Nicholas si manusia jarang bicara dan cuek itu, Rafael berharap agar Nicholas tidak pernah membuka mulutnya saja.

Michiavelly menghembuskan nafasnya kasar. Ia menatap Jeremi yang sibuk berbicara berdua dengan Gentala. Michiavelly kembali menatap Rafael dan Nicholas. Sekarang ia merasa terjebak pada situasi yang tidak menguntungkan nya.

Kelompok Hendra sudah tiba. Anak-anak Zephyr menahan amarah mereka. Melihat manusia-manusia yang mirip tai itu ingin memusnahkan.

Hendra berjalan mendekati Gentala.

Gentala masih tetap pada raut wajah datarnya.

"Gue kangen kita balapan kayak gini." Hendra tersenyum. Membuat Gentala menatap jijik, senyum tak tulus manusia didepannya.

"Oh, gue ngga tanya sih." Balasan Gentala tentu melukai harga diri Hendra.

Mengepalkan tangannya, Hendra kini tau apa yang bisa membuat terpancing nya emosi Gentala. "Gue diberi minum sama perempuan belum lama ini. "

"Namanya Shaletta, dia sungguh cantik."

"I want her."

Bugh

Tonjokan dari Gentala, langsung mengenai pipi kanan Hendra dengan kencang. Tidak sampai disitu, Gentala memberikan pijakan kakinya tepat di perut Hendra.

Hendra terbatuk.

Jeremi yang paling dekat dengan posisi Gentala, bergegas memisahkan keduanya. Jeremi menahan Gentala agar tidak kembali memukul Hendra. Beberapa orang dari kelompok Hendra segera berdiri sebagai tameng, menutupi Hendra agar tidak kembali dipukuli oleh Gentala.

Wajah murka Gentala tidak bisa ditutupi. Hatinya belum puas melihat Hendra yang kesakitan.

Salah satu penyedia tempat dan juga penyelenggara balapan, Kang Jeri, yang pastinya netral pada kedua kubu, menjerit marah pada Gentala dan Hendra.

GENTALA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang