BAB 21

13.3K 1.1K 377
                                    

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍


I hope you enjoy reading this. 🔍

×××

Kedatangan Hendra tentu bukan suatu hal diinginkan oleh Dara. Ia mengetahui bagaimana seorang manipulatif seperti makhluk satu itu berbuat.

Melihat Shaletta yang berbincang banyak dengan Hendra dengan santai, bisa dipastikan bahwa Gentala tidak menceritakan apa-apa tentang Hendra.

Dilla menyikut pelan Dara disampingnya. "Itu Hendra Gunawan, kan, ya?"

"Lo tau?" Dara menatap Dilla.

"Ya, Satu-satunya makhluk ga kenal saingan dan mitra kerja keluarganya cuma Letta doang, dah." Ucap Dilla. Dara tertawa kecil, setuju dengan hal itu.

"Dia bermasalah sama Zephyr, kan ya?" Dilla bertanya.

"Lo pasti ada denger, ada pertengkaran hebat antara anak Zephyr yang sampai ada orang terluka."

Dilla mengangguk.

"Nah, itu karna pertengkaran dua kubu antara anak Zephyr dan Hendra."

Informasi dari Dara mendapat tanggapan tak menyangka dari Dilla. Ia menatap khawatir Shaletta yang masih berbincang dengan Hendra.

"Jadi, baiknya gimana?" Dilla menatap Dara.

.

Shaletta tersenyum canggung ketika lagi-lagi mendengar pembahasan yang dilontarkan oleh Hendra. Hingga waktu sudah menunjukkan waktu satu jam lebih berlalu, batang hidung Gentala belum juga tampak dimatanya.

Kemana pula Gentala-nya itu?

"Mau gue ambilkan dessert ga?" Hendra bertanya.

"Eh?" Shaletta sontak terkejut dari lamunannya.

"Mikirin apa sih? Cewek cantik sering ngelamun ntar diculik orang loh."

Shaletta tertawa kecil dengan canggung, rasanya ingin pergi dari situasi yang tidak menguntungkan ini. Ia sudah malas berbasa-basi dengan Hendra.

"Eh, gue permisi ya." Shaletta buru-buru pergi dari sana sebelum mendengarkan jawaban dari Hendra.

Dilla dan Dara yang melihat dari jauh, sesegera mungkin mengejar Shaletta yang pergi mengarah ke balkon.

Di balkon, suasana panas dari terik matahari mulai terasa di kulit. Shaletta duduk di sofa yang tersedia. Beberapa pelayan memberikannya minum dan dessert, lalu pergi dari sana.

Dilla dan Dara muncul tak lama, mereka menyusul Shaletta yang terdiam memandang ke bawah yang ramai oleh tamu-tamu undangan.

"Kak Niko ngabarin lagi dijalan, bareng kak Gentala dan yang lain juga." Ucap Dara memberitahu ke Shaletta yang tampak menggalau.

GENTALA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang