BAB 30

10.4K 500 76
                                    

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍


I hope you enjoy reading this. 🔍

×××

Gak mau panjang-panjang mukaddimah. Intinya maaf karna hampir setahun hilang dan makasih masih menunggu cerita ini bahkan support baik itu massage, DM, dan komentar. Tidak bisa balas satu-satu, tapi ada tekad di aku untuk selesaikan cerita ini.

Untuk yang senantiasa tanya dan mengkhawatirkan keadaan ku, terimakasih banyak-banyak. Kukira semua cuma nunggu lanjutan kisah ini saja, tapi ada juga yang khawatirkan aku. Mari berteman dengan baik kedepannya🥰😍

Tq

Salam kasih dan cinta
Rara
...

Gentala menarik Shaletta menuju tempat motornya diparkirkan. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Gentala terus melangkah. Tidak mengetahui Shaletta yang mulai kesakitan dan kesulitan menyamakan langkah kakinya.

"Kak"

"Kak"

"KAK GENTA"

Shaletta berteriak kesal, Gentala terdiam. Ia menyugarkan rambutnya ke belakang kesal.

Tanpa membalikkan badannya menghadap Shaletta, Gentala mengeratkan genggaman tangannya. Kejadian lampau kembali teringat di benaknya. Satu-satunya hal yang kini tidak diinginkan Gentala adalah kehilangan Shaletta. Cukup persahabatannya dengan Hendra saja yang hancur.

Shaletta memeluk Gentala dari belakang, menyebarkan rasa tenang dan hangat.

"Aku mau cerita, kak." Ucap Shaletta pelan.

.

Hujan sudah berhenti, saat ini Gentala dan Shaletta sedang duduk di salah satu mini market dengan minuman hangat mengepul didepan mereka. Gentala masih diam, enggan untuk berbicara lebih lanjut dengan Shaletta.

Shaletta menghembuskan nafasnya. Setelah mengaliri tenggorokannya dengan minuman hangat, Shaletta pun mulai menceritakan pengalaman pahitnya. Kejadian dia kecil dulu, ketemu kembaran Hendra, hingga pilihan keluarganya yang mengharuskan Shaletta untuk tinggal di asrama sekolah. Menutup dirinya dari dunia luar. Menjaga Shaletta dengan penjara emasnya.

Shaletta memahami ketakutan keluarganya. Ia menerimanya. Menganggap itu sebagai hukuman atas kenakalannya. Tapi, ketakutan yang semakin lama menggerogoti nya itu membuat Shaletta tidak nyaman. Ia ingin sembuh. Menjadi seperti anak lainnya.

Setelah mendengar panjang cerita Shaletta, Gentala menatapnya rumit.

"Maafin aku."

"Aku egois, bajingan, brengsek."

GENTALA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang