BAB 17

15.2K 1.2K 134
                                    

📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍


I hope you enjoy reading this. 🔍

×××

Bel pelajaran berakhir telah berbunyi. Semua siswa berseru senang. Dan bergegas membereskan barang-barang mereka.

Shaletta dkk termasuk diantaranya.

"Lo pulang bareng siapa?" Shaletta menatap Dilla.

"Bang Supri. Udah didepan katanya." Jawab Dilla sembari menatap handphonenya yang mendapatkan pesan dari supir pribadi rumahnya itu.

Dara yang telah selesai, berjalan kearah bangku Shaletta dan Dilla. Menatap keduanya.

"Pulang bareng kita aja. Lo diajak kak Jeremi kan tadi?" Tanya Dara. Sebelumnya Dilla sempat bercerita bahwa Jeremi mengajaknya sekalian untuk menjenguk salah satu anak Zephyr dirumah sakit.

"Males banget kalau harus ke rumah sakit. Mistis. Bau obat. " Dilla yang pada dasarnya sedikit anti rumah sakit, menolak dengan tegas.

"Enggak, kita ntar diluar nya aja. Ayolah. Kapan lagi kita bertiga bisa ngumpul?" Ucap Shaletta.

Dara mengangguk, "Sekalian triple date. Hihi." Ia mengedipkan matanya.

Shaletta tertawa melihat reaksi Dilla yang sudah tersenyum malu. Hubungan Dilla dan Jeremi memang masih dalam kondisi tanda tanya. Jeremi tidak pernah memberikan kepastian lebih pada hubungannya dan Dilla. Dilla yang sudah menyukai Jeremi, awalnya masih baik-baik saja. Tapi, karna Jeremi lama menggantung hubungan mereka, mulai pelan-pelan menjauhi Jeremi.

Shaletta yang tau kisah sahabat nya itu memastikan agar tidak sakit hati apapun pilihannya nanti.

"Gimana?" Tanya Shaletta.

"Selain males rumah sakitnya, gue malas sama manusia itu." Balas Dilla.

"Sayang?" Suara Gentala dipintu membuat Shaletta menoleh.

Sudah ada Gentala dkk - serta anak-anak Zephyr yang juga akan menuju rumah sakit. Dara langsung berjalan keluar kelas, Nicholas membuntuti calon tunangannya itu seperti anak ayam.

Shaletta mendekati Gentala. "Ayo." Shaletta menggenggam tangan Gentala. Gentala memerah malu dan senang.

Shaletta menatap Dilla, "Beneran?"

"Iyaaa, gue duluan deh, ya? Bang Supri dah nunggu nih. Bye, Ta." Dilla segera pergi dari sana tidak menatap ke arah Jeremi sedikitpun.

Shaletta mengangguk, membalas lambaian Dilla yang sudah pergi jauh dari sana. Ia bisa melihat raut wajah kakak kelasnya yang tampak ingin mengejar Dilla. Shaletta rasa, ini sudah bukan ranahnya untuk ikut campur.

GENTALA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang