[DISELESAIKAN]
Entah sebutan apa yang pantas untuk sosok seorang Gentala. Berandalan, biang onar, perusuh, bad boy, brengsek, hingga kata bajingan pun tidak segan-segan disandingkan dengan sosoknya.
Si biang onar nomor satu disekolah SMA Ravindra U...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
📍PENULISAN INI DILAKUKAN DALAM TEMPO YANG SEDALAM-DALAMNYA. SELAMAT MEMBUCIN RIA! 📍 • • •
I hope you enjoy reading this. 🔍
×××
Hal pertama yang dilakukan Shaletta ketika sampai dirumah Gentala, —yang lebih cocok disebut istana menurut Shaletta—, yaitu menarik dan menghembuskan nafas untuk menetralisir rasa gugupnya.
Berbeda dengan keluarga Pramudana, Ravindra merupakan keluarga yang sangat, sangat, sangat berpengaruh di negerinya. Bahkan tidak ada orang yang tidak mengetahui keluarga Ravindra. Aset dan kekayaan keluarga itu berada di mana-mana.
"Minggu depan aja ga, kak?" Shaletta mencoba untuk kembali mengulur waktu.
Gentala menggeleng.
"Ayo, tenang aja."
"Ga bisa kak, ya ampun. Ini first loh, first." Ocehan Shaletta membuat Gentala gemas. Gentala mencubit pipi Shaletta.
"Relax, mi amor. I'm here."
Ketika memasuki 'istana' Gentala, sudah ada berjejer pelayan yang siap sedia menerima tamu. Gentala memanggil salah satu pelayan, menyuruh beberapa pelayan untuk membantu Shaletta mempersiapkan diri.
Shaletta bertanya bingung, berbisik ke telinga Gentala.
"Harusnya kamu antar aku pulang dulu, kak. Biar aku ganti pakaian dirumah. "
"Gapapa, aku juga udah siapkan dress yang samaan sama aku. " Balas Gentala. Shaletta menghembuskan nafasnya, lalu mengangguk.
Gentala mengecup kening Shaletta, dan mereka berpisah untuk bersiap-siap.
Beberapa pelayan kini mengantar Shaletta menuju sebuah kamar. Kasur queen size, meja rias lengkap dengan alat-alat make up, sofa, dan perabotan lainnya tertata rapi.
"Bentar,.. -" Shaletta memberhentikan para pelayanan yang ingin membantunya juga dikamar mandi. "... -biar saya mandi dan berendam sendiri. Nanti akan saya panggilkan jika ada keperluan lain."
Para pelayanan saling pandang, lalu tersenyum patuh dan mengangguk. "Baik, nona."
Shaletta kini bersiap, selesai mandi ia mulai berendam. Kini ia mulai berfikir, ia akui keluarganya, keluarga Pramudana, merupakan salah satu keluarga terpandang. Tapi keluarga Ravindra ini, jauh lebih terpandang. Rasa gugup semakin merajalela di hati Shaletta. Mulai terbayang keluarga kaya yang kaku dan kurang harmonis ala-ala wattpad dipikirannya. Shaletta curiga, apa jangan-jangan Gentala bahkan sudah dijodohkan? Wah.
Shaletta menepuk kepalanya yang mulai berfikir yang aneh-aneh.
"Oke, mari lebih banyak berfikir positif." Monolognya.