ORAIN

206 30 8
                                    

Gadis itu bernama Rainindya Shila, biasa dipanggil Rain. Ia menyukai langit senja. Ia menyukai buah jeruk. Ia menyukai warna jingga. Ia menyukai dirinya, meski pun ternyata cukup banyak yang merasa sebaliknya, memilih menyakiti perasaannya.

Ayahnya adalah seorang komposer, penulis lagu, dan produser rekaman yang sangat terkenal, sementara ibunya adalah seorang Cellist. Rain lahir dan dibesarkan dalam keluarga musisi. Hidupnya dipenuhi hal-hal yang artistik dan glamour.

Terlahir sebagai seorang perempuan dengan paras cantik, dari orang tua yang kaya raya, serta ditakdirkan memiliki kecerdasan hingga membawanya menjadi juara di banyak bidang rupanya tidak serta merta membuat Rain menjadi makhluk yang sempurna dan dicintai banyak orang.

Gadis itu beberapa kali terlibat dalam hubungan dengan pria yang "katanya" mencintainya. Sayangnya, dari sekian banyak pria yang mengencaninya, tidak ada satu pun yang membuatnya merasa bahwa mereka cukup spesial.

Rain sadar bahwa sebagian besar dari mereka hanya menganggap dirinya sebagai piala bergilir yang pantas diperebutkan, tapi selanjutnya hanya menjadi sebuah pajangan untuk disombongkan.

Pada akhirnya, mereka akan meninggalkan gadis itu dengan alasan yang kurang lebih sama, bahwa Rain terlalu mencintai dirinya sendiri, dibandingkan dengan mencintai mereka sebagai kekasihnya.

Terkadang gadis itu melamun, tertawa memikirkannya. Bertanya-tanya, bukankah kita harus mencintai diri kita dulu sebelum mencintai orang lain?

Hari-harinya pun diisi oleh kicauan para perempuan yang menganggap bahwa diri mereka seharusnya lebih disukai daripada Rain yang sombong dan dingin. Lalu, kalimat khas yang selalu diucapkan untuk membenarkan dan menghibur diri mereka sendiri tidak lain adalah "Pria suka bermain-main, dan Rain adalah contoh kecil dari tantangan yang mereka suka. Berhasil menjadi pacar Rain artinya berhasil naik ke level selanjutnya, bukan berarti menyukainya."

Lalu, mereka pun menertawakan lelucon yang mereka buat sendiri, hanyut di dalamnya, menjadikannya hal yang wajar untuk dibahas hampir setiap hari.

Semua itu terjadi ketika Rain masih berada di bangku SMA. Setelah lulus dan berganti status menjadi seorang mahasiswi, Rain semakin mencintai dirinya sendiri, selalu berusaha menciptakan kebahagiaannya sendiri, hingga di umurnya yang sudah menginjak usia 20 tahun, ia bertemu dengan seorang pria yang sikapnya mulai meruntuhkan pertahanan yang sudah lama ia bangun. Rain kembali membuka hati dan jatuh cinta.

Lalu, apa perbedaannya?

Kali ini, ia lebih mencintai pria itu dibanding dirinya sendiri. Rain merubah banyak hal yang ada pada dirinya, mulai dari hal kecil seperti hairstyle, hingga ke hal besar seperti pola pikirnya yang ia bangun selama ini.

Rain begitu mencintainya. Ia ingin menjalin hubungan yang bermakna. Ia memikirkan masa depan mereka bersama. Hingga hari ini, Rain menemukan kekasihnya tengah bercumbu dengan orang yang ia anggap sahabatnya. Rain pun dibuat kecewa. Lantas bertanya, apa yang kurang darinya.

Lalu, dengan mudahnya pria itu menjawab. "Kamu terlalu mencintaiku, Rain. Segalanya berjalan terlalu mudah, dan itu membosankan."

Gadis itu bergegas pergi, melangkah sembarang ke mana pun kakinya membawa, tertawa sejadi-jadinya. Ia menengadah menatap langit senja, dalam hati berkata "Lihatlah! Bukankah semua pria sama saja?"

Bahkan, ia tak sadar bahwa kakinya membawanya berjalan begitu jauh hingga tiba di sudut kota Edelweiss yang jarang ia lewati. Saat itulah matanya menangkap pemandangan sebuah kafe dengan bangunan bernuansa klasik di ujung jalan. Tidak begitu ramai, namun tidak juga sepi.

Rain menyeka sudut matanya yang basah, lalu melangkah menuju kafe itu sambil membaca papan nama dengan dekorasi buah jeruk terpampang di sana. Seekor kucing tengah tertidur pulas di atas keset bertuliskan "WELCOME" yang diletakkan di depan pintu masuk.

ORAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang