17

28 15 0
                                    

Support Author dengan memberi Vote ☆ dan Komentar~

(❁´◡'❁)♡Thanks!

●●●


Rain buru-buru meraih ponselnya tanpa mengindahkan ucapan ayahnya yang mengatakan padanya untuk tidak bermain ponsel saat sedang makan. Dengan mulut berisi penuh makanan---yang ia kunyah dengan tempo yang sangat lambat---Rain menyahuti ucapan ayahnya dengan kalimat "Aku tidak main, aku chatting."

Ayah Rain menghela nafas. Kata "bermain" yang ia maksud bukanlah bermain game atau semacamnya, melainkan menggunakan ponsel itu sendiri. Urung berdebat, pria itu membiarkan Rain melakukan apa yang diinginkannya. Ia tahu saja, gadis itu tiba-tiba merasa girang kala menerima informasi darinya beberapa menit yang lalu, hingga Rain tak lagi bisa menahan diri untuk tidak melanjutkan informasi itu ke seseorang yang akhir-akhir ini sering kali memenuhi pikirannya.

Kita harus bertemu! Hari ini kamu ke kampus kan? Kali ini aku yang akan mampir ke sana! Aku akan datang dengan sebuah kejutan!

Rain tersenyum lebar kala pesan tersebut telah ia kirimkan pada seseorang yang tidak lain adalah Harsa. Sementara sang ayah yang sejak tadi memperhatikan berbagai ekspresi di wajah putrinya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, meskipun sebenarnya ia cukup senang karena akhir-akhir ini Rain tidak begitu sering lagi bertengkar dengannya.

Pasca mengirimkan pesan, Rain melanjutkan sarapannya dengan lahap, sembari sesekali melirik ke layar ponsel yang ia letakkan di atas meja makan---di sebelah piringnya. Tak sampai lima menit, ponselnya bergetar, layarnya menyala, menunjukkan notifikasi balasan dari Harsa yang tentunya membuat Rain kembali meletakkan garpunya.

Kejutan? Bahkan saat ini aku sudah terkejut karena tiba-tiba kamu bilang akan datang ke kampusku... hahaha... Baiklah, sampai jumpa nanti, Rain♡

Rain memutar bola mata pasca membaca balasan dari Harsa, seolah merasa "geli" melihat emoticon hati di ujung kalimat, meskipun pada akhirnya ia tak mampu menahan bibirnya yang sejak tadi memberontak berusaha menerbitkan sebuah senyuman. Lantas, Lagi-lagi ayah Rain menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya, hingga melirik ke istrinya yang rupanya juga sedang mengulum senyum, tak ingin Rain merasa malu karena sadar bahwa dirinya menjadi tontonan gratis di pagi hari.

Berbekal perut yang sudah terisi penuh, Rain bangkit dari kursinya, lalu berpamitan pada kedua orang tuanya yang belum selesai sarapan. Langkahnya begitu cepat, menunjukkan berapa gadis itu begitu antusias memulai harinya.

"Mood Rain akhir-akhir ini selalu baik. Benar-benar jauh berbeda dengan saat dia baru putus dengan pacarnya yang anak dosen itu." Ucap sang Ibu kala sosok Rain sudah menghilang dari ruang makan.

Ayah Rain mengangguk. "Asal Harsa tidak membuat masalah saja. Karena setiap Rain punya masalah dengan pria, aku selalu jadi orang yang paling banyak menerima amarahnya, dan lagi-lagi anak itu akan mengingat masa lalu antara aku dan ibu kandungnya dulu."

Sang istri yang menjadi pendengar tak tahu apakah harus merasa iba atau tertawa mendengar ucapan suaminya tadi. Lantas, ia berdeham, berusaha bersikap netral. "Aku juga berharap Harsa tidak akan membuat masalah."

●●●


Rain menatap tajam ke arah bangku panjang yang tengah diduduki oleh sejumlah orang yang sedang asik bercanda satu sama lain. Mereka tidak lain adalah Harsa bersama tiga orang yang sepertinya temannya, dan salah satunya adalah seorang perempuan. Gadis itu terlihat begitu manis, dengan rambut lurus panjang, rok di atas lutut, serta cardigan berwarna cream. Begitu kontras dengan penampilan Rain sehari-hari yang lebih sering mengenakan kemeja oversize dan celana jeans.

ORAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang