Support Author dengan memberi Vote ☆ dan Komentar~
(❁´◡'❁)♡Thanks!
●●●
Entah sudah berapa lama Rain tertahan di ruang tamu. Berbincang dengan Ibu Harsa yang begitu antusias kala mengetahui anak dari artis yang ia kagumi datang ke rumahnya. Entah sudah berapa kali kalimat "Rain cantik sekali" keluar dari bibir wanita berumur 43 tahun itu. Jika saja sosok yang memujinya itu adalah seorang laki-laki, tentu Rain akan muak sejak tadi karena mendengar kalimat itu berulang kali.
Untungnya, ibu Harsa hanyalah seorang wanita tua yang memang begitu tulus mengagumi gadis itu, dan bagi Rain, itu bukanlah suatu masalah.
"Rain, sudah matang. Mau langsung makan?" Ucap Harsa yang tiba-tiba muncul dari balik tembok dengan dahi sedikit berkeringat akibat terkena uap panas dari panci berisi tom yam.
"Ah, iya! Ibu keasyikan mengajak Rain ngobrol. Ya sudah, Rain, kamu makan dulu sama Harsa dan Yenny ya. Ibu mau ke kebun sebentar. Jemput ayahnya Harsa." Ucap wanita itu sambil menepuk pelan bahu Rain. "Masakan Harsa enak loh!" Lanjutnya berbisik.
Rain menanggapi ucapan wanita itu dengan senyuman. Lantas setelah berpamitan singkat, ibu Harsa meraih kunci motor yang diletakkan di atas meja di dekat pintu keluar, lalu beranjak menuju motor milik Harsa yang terparkir di halaman rumah.
"Ayo makan, Rain!" Ajak Harsa untuk yang kedua kalinya.
"Ibu dan ayahmu? Tidak ditunggu dulu?" Kata Rain sambil berjalan beriringan dengan Harsa menuju ruang makan.
Harsa menggeleng. "Ini bukan makanan yang bisa diterima lidah mereka. Sebenarnya Yenny yang minta dibuatkan tom yam."
Rain ber-oh, lalu spontan duduk di kursi makan dimana Yenny sedang menata peralatan makan untuk mereka. Sementara panci berisi tom yam sudah tersaji di meja dan mengepulkan asap yang memenuhi ruangan dengan aroma yang sedap, membuat Rain mulai mempertanyakan kebenaran mengenai ucapan ibu Harsa yang mengatakan bahwa masakan Harsa enak.
"Kamu yang masak?"
Harsa mengangguk sambil menyendok tom yam di panci, lalu menuangkannya ke dalam mangkok dan menyerahkannya pada gadis keturunan musisi itu.
"Makanlah" Ucap Harsa seraya menyodorkan mangkok yang baru ia isi. Lalu, ia mulai mengisi mangkok lain dan menyodorkannya pada Yenny.
Gadis itu mulai makan dalam diam.
"Pelan-pelan makannya, Yen. Itu masih panas."
Benar saja, Yenny spontan bereaksi tepat setelah suapan pertama. Lidahnya yang serasa terbakar membuat gadis malang itu langsung mengibaskan tangannya berulang kali, berharap rasa panas di lidahnya segera hilang.
"Kan! Kenapa tidak hati-hati?" Harsa buru-buru menuangkan air putih di gelas, lantas menyerahkannya pada gadis itu seraya mengusap-usap punggungnya. Sementara, Rain memperhatikan interaksi antara mereka berdua sembari meniup pelan sendok berisi tom yam yang sudah siap mendarat ke dalam mulutnya.
"Padahal lidahku rasanya terbakar, tapi malah diomeli, bukannya dikasihani." Protes Yenny pasca kondisinya membaik.
"Bukannya tadi aku sudah memberimu air?"
Yenny menghela nafas. "Terserah lah!"
Harsa mengernyitkan dahi. Ia merasa akhir-akhir ini Yenny terlalu sering kesal padanya, meskipun masalahnya begitu sepele.
"Kalian begitu mirip. Kalau bukan karena Harsa yang bercerita padaku kalau kalian bukan saudara, mungkin aku sudah salah paham. Kalian lebih cocok jadi anak kembar." Ucap Rain sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dengan wajah yang dibuat seolah-olah sedang membicarakan sesuatu yang penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORAIN
Romance[HwangShin] Gadis itu bernama Rain. Ia menyukai langit senja. Ia menyukai buah jeruk. Ia menyukai warna jingga. Ia menyukai dirinya, meski pun ternyata cukup banyak yang merasa sebaliknya, memilih menyakiti perasaannya. Berulang kali dikecewakan ole...