Support Author dengan memberi Vote ☆ dan Komentar~
(❁´◡'❁)♡Thanks!
●●●
Rain membaca satu persatu halaman dari file presentasi milik Harsa yang ia simpan ponselnya. Hari yang dinantikan sekaligus ditakuti Harsa rupanya telah tiba. Besok pria itu akan menghadapi sidang skripsi, sebuah pertarungan terakhir sebelum ia bisa mendapat gelar Sarjana. Alih-alih belajar, pria itu justru memilih untuk bersantai, menjemput Rain di rumahnya dan membawa gadis itu ke kafe yang mempertemukan mereka, ORAIN."Kamu yakin tidak perlu belajar lagi?" ucap Rain sembari mengernyitkan dahi membaca materi presentasi milik Harsa. "Kelihatannya ini sulit. Aku membacanya berulang kali, tapi aku tetap tidak mengerti."
Harsa tertawa, lalu mengelus---sedikit mengacak-acak---rambut gadis itu. "Itu karena kita kuliah di bidang yang berbeda. Aku juga tidak akan mengerti jika kamu membahas tentang materi sastra Inggris. Bicara dalam bahasa lokal saja terkadang sulit."
"Tapi... kamu yakin tidak perlu belajar lagi? Bagaimana kalau besok kamu kebingungan?" Rain terlihat khawatir.
"Aku sudah mengerjakan skripsi itu selama berbulan-bulan, jadi aku paham benar isinya. Lagipula, aku butuh charging sebelum ujian besok." Harsa sedikit membungkuk, mendekatkan wajahnya pada Rain yang duduk di sebelahnya, lalu mengedipkan mata kanannya. Pria itu tersenyum jahil, yang kemudian langsung disambut dengan pukulan pelan oleh Rain. Gadis itu sedikit malu.
"Terserah lah! Tapi jangan sampai gagal! Aku tidak mau kabar seperti itu sampai didengar orang tuaku."
Harsa tertawa lagi, lalu kembali mengusap kepala gadis itu. "Ohh, jadi itu yang kamu takutkan? Tenang saja, aku tidak akan mengecewakan calon mertuaku." Pasca menyelesaikan kalimatnya, tawa Harsa semakin keras, sementara Rain justru merespon dengan memutar bola matanya.
"Sudah! Sudah! Orang-orang jadi melihat kemari!" bisik Rain seraya mencubit pinggang Harsa hingga pria itu spontan meringis dan melepaskan rangkulannya.
Ia lantas mengusap-usap pinggangnya dengan ekspresi melayangkan protes di wajahnya.
Rain tersenyum mengejek, lalu kembali menyandarkan tubuhnya sembari kembali menatap ponsel milik Harsa yang masih berada di tangannya. "Jadi... besok aku ke kampusmu ya? Tidak masalah kan? Besok kelasku cuma sampai jam 10, setelah itu aku akan mampir ke kampusmu. Jadi, kalau kamu berhasil, aku bisa langsung memberi selamat!"
Melihat antusiasme Rain, Harsa semakin yakin bahwa esok ia akan baik-baik saja saat melalui sidangnya. Pasalnya, keluarganya pun terus menyemangatinya---meskipun ayah Harsa hanya bicara singkat dan masih menunjukkan sikap acuh tak acuh, serta Yenny yang masih bersikap canggung jika melihat Harsa.
"Jangan terpesona padaku ya! Besok aku mengenakan setelan jas." ucap Harsa sambil tersenyum nakal seraya mengangkat-angkat alisnya, hingga akhirnya mau tak mau pria itu lagi-lagi menerima cubitan di pinggangnya.
●●●
Rain berjalan dengan langkah sedikit terburu-buru, berharap Harsa belum keluar dari ruangan tempat sidang skripsi untuk sejumlah mahasiswa yang mengikuti ujian pendadaran hari ini dilakukan. Setidaknya, ia berharap bisa menjadi orang pertama---selain peserta sidang dan dosen yang hadir di ruangan---yang memberi selamat pada Harsa.
"Gedung C yang mana?" Rain bermonolog sembari mulai mengibaskan tangannya karena merasa kepanasan. Matanya menyisir gedung-gedung di sekitarnya, berharap menemukan gedung yang ia cari secepat mungkin. Beberapa saat berjalan kaki, akhirnya Rain menemukan gedung yang ia cari. Di depan gedung itu sudah ada sejumlah mahasiswa yang duduk di sekitar tangga besar, di bawah pohon, atau di tempat-tempat lainnya yang bisa menaungi mereka dari teriknya matahari.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORAIN
Storie d'amore[HwangShin] Gadis itu bernama Rain. Ia menyukai langit senja. Ia menyukai buah jeruk. Ia menyukai warna jingga. Ia menyukai dirinya, meski pun ternyata cukup banyak yang merasa sebaliknya, memilih menyakiti perasaannya. Berulang kali dikecewakan ole...