18

35 13 0
                                    

Support Author dengan memberi Vote ☆ dan Komentar~

(❁´◡'❁)♡Thanks!

●●●

“But while she was still very young, O, very, very young, the sister drooped, and came to be so weak that she could no longer stand in the window at night; and then the child looked sadly out by himself, and when he saw the star, turned round and said to the patient pale face on the bed, “I see the star!” And then a smile would come upon the face, and a little weak voice used to say, “God bless my brother and the star!”.”

"Baik, cukup sampai di situ! Terima kasih, Karin. Pelafalanmu jauh lebih baik dari sebelumnya. Silakan duduk kembali." ucap sang dosen yang tengah berdiri di depan kelas, tersenyum dengan bijak kala mahasiswi bernama Karin mengangguk singkat lalu duduk kembali di kursinya, lantas bernafas lega karena berhasil membuat dosen tersebut memujinya. "Selanjutnya..." mata sang dosen mulai menyisir ke arah lain, mencari tahu kira-kira siapa mahasiswa selanjutnya yang ia minta untuk membaca potongan teks dari novel ringan yang menjadi objek utama di kelas hari ini. Mata wanita berusia 38 tahun itu terhenti pada sosok gadis yang tengah melamun menatap ke arah jendela. Merasa mahasiswi tersebut tak memperhatikan pelajaran, sang dosen lantas terdorong untuk menyebut nama gadis itu.

“Sasha...” ucapnya hingga tubuh gadis itu tersentak dan tangannya yang tadi ia gunakan untuk menopang dagu mendadak tergelincir karena terkejut, "... baca lanjutannya!"

Sasha buru-buru bangkit dari kursi dan menegakkan tubuhnya. Untung saja temannya yang duduk di sebelahnya diam-diam menunjuk ke arah kalimat terakhir yang tadi dibaca mahasiswi lain, sehingga Sasha bisa melanjutkan dengan tenang dan tidak takut akan dimarahi karena tidak memperhatikan pelajaran.

“And so the time came, all…” Sasha memutus kalimatnya, memejamkan mata sambil menautkan alis. Mendadak tubuhnya seolah terombang-ambing akibat rotasi bumi, hingga gadis itu bersusah payah menguatkan kedua kakinya agar tidak oleng.

“Ada apa, Sasha?” tanya sang dosen yang kebingungan melihat sikap Sasha.

Rain dan Clara pun turut menatap gadis itu. Sasha buru-buru menggeleng, “Tidak ada apa-apa, Bu” jawabnya. Ia pun berdeham, lalu kembali menatap teks di atas kertas yang tengah ia pegang.

"And so the time came, all too soon! When the child looked out alone, and..." Sasha mengerjapkan mata sambil menggeleng cepat. “When the child looked out alone, and… and…”

Brukkk...

Gadis itu mendadak terjatuh dan tubuhnya menghantam kursi di belakangnya. Ia tak sadarkan diri. Seisi kelas panik, sebagian besar bangkit dari kursinya, dan yang berada di dekatnya buru-buru mendekati, hingga salah satu mahasiswa mengangkat tubuh gadis itu. “Bawa ke ruang Kesehatan!” terdengar suara sang dosen yang turut panik, memberi instruksi dari jauh. Lantas, mahasiswa yang tadi menggendong tubuh Sasha buru-buru berlari dengan nafas terengah-engah melewati kerumunan menuju ke luar kelas sambil diikuti sang dosen. “Yang lainnya tetap di sini!” ucap sang dosen sembari melewati pintu keluar. Lantas, para mahasiswa saling bertatapan satu sama lain, hingga akhirnya mereka kembali duduk di tempatnya masing-masing satu per satu.

“Kamu tidak mau menemaninya, Hari?” ucap salah satu pria yang duduk di belakang Hari, “Sepertinya Sasha benar-benar sedang tidak sehat. Bahkan sekitar seminggu terakhir ini dia lebih banyak berdiam diri.”

ORAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang