Support Author dengan memberi Vote ☆ dan Komentar~
(❁´◡'❁)♡Thanks!
●●●
Ayah Rain mencuri-curi pandang ke arah anaknya yang tengah duduk bersila di atas sofa, dengan kedua matanya yang fokus pada layar TV yang tengah menampilkan Drama Korea, serta tangannya yang sejak tadi tak berhenti menyodorkan popcorn rasa caramel ke dalam mulutnya.
Ia mengulum senyum, saking bahagianya karena teringat kejadian beberapa malam yang lalu, saat ia menerima kabar dari manajernya bahwa Rain ingin terlibat dalam acara konser amal. Tidak hanya sebagai panitia, namun ia turut tampil di panggung untuk mengisi acara. Mendengarnya tentu membuat ayah Rain merasa senang, karena akhirnya anaknya sedikit tergerak untuk menginjakkan kakinya kembali di dunia musik, meskipun ia cukup penasaran dengan pria bernama Harsa yang disebutkan oleh manajernya. Pria yang membuat Rain mau menapakkan kakinya di atas panggung.
Ayah Rain tidak ingin merusak momen berharga ini, sehingga ia memilih untuk bungkam dan berpura-pura tidak tahu agar Rain tetap merasa nyaman melanjutkan kegiatannya itu. Ia tahu benar bagaimana putrinya menaruh rasa kecewa yang besar padanya.
“Bunda suka drama menyek-menyek begini?” Kata Rain sambil melirik sesaat ke arah ibunya yang tengah mengelap pipinya yang basah karena air mata.
Wanita itu mengangguk pelan. “Kasihan. Padahal Bunda lebih suka second lead -nya, tapi malah meninggal.”
Rain memutar bola matanya, menghela nafas, lalu kembali menatap layar TV. Satu dua menit, ia masih bertahan dengan posisinya, hingga akhirnya gadis itu mulai bosan dan bangkit dari sofa.
“Mau ke mana, Rain? Dramanya belum selesai?”
Rain mengangkat bahu. “Aku sedikit mengantuk, Bunda. Aku ke kamar ya.” Gadis itu pun berlalu kalau melihat ibunya mengangguk dan kembali fokus menatap layar kaca dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Setibanya di kamar, Rain segera menghempaskan tubuhnya ke kasur. Ia berguling beberapa kali, mencari posisi ternyaman, hingga akhirnya bertelentang dengan kedua tangan yang direntangkan lebar-lebar memenuhi sisi kasur.
“Bullshit banget drama tadi. Mana ada pria yang sudah ditolak mentah-mentah masih rela berkorban nyawa untuk perempuan yang dia suka. Kadang-kadang drama dibuat terlalu sempurna sampai melewati batas yang realistis.” Gumam Rain sambil menatap langit-langit kamar tidurnya. Ia menguap, membiarkan mulutnya terbuka lebar, kemudian mengusap ujung matanya yang sedikit basah karena mengantuk.
Sesaat ia teringat adegan di drama tadi, kemudian teringat dengan masa-masa indah saat hubungannya dan Hari masih berada di fase yang menyenangkan. Ketika pria itu melakukan banyak hal manis untuknya, membuatnya merasa bahwa Hari adalah yang terbaik, sebelum akhirnya pria itu memilih untuk mengkhianatinya.
“Bahkan yang sebaik Hari pun ternyata masih bisa khilaf.”
Rain menghela nafas. Entah bagaimana, wajah Harsa tiba-tiba muncul di pikirannya. Pria itu sedikit mengingatkannya pada Hari di masa-masa saat mereka masih dalam masa “pendekatan”. Terlihat gentle, tulus, dan sedikit polos. Bukannya ingin menyombongkan diri, tetapi Rain sadar benar bahwa dirinya cukup menarik secara fisik maupun materi, tetapi Harsa terlihat tidak peduli dengan semua itu. Bahkan, pria itu tidak pernah meminta nomor ponsel Rain layaknya pria-pria lain yang ia kenal selama ini.
Lantas, Rain malah jadi teringat dengan ayahnya. Ia pun tersenyum hambar.
“Orang seperti Harsa, isi kepalanya cuma seputar musik. Kalau sampai jatuh cinta padanya, bisa-bisa nasibku akan seperti Mama.” Gumamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORAIN
Romance[HwangShin] Gadis itu bernama Rain. Ia menyukai langit senja. Ia menyukai buah jeruk. Ia menyukai warna jingga. Ia menyukai dirinya, meski pun ternyata cukup banyak yang merasa sebaliknya, memilih menyakiti perasaannya. Berulang kali dikecewakan ole...