23

27 11 0
                                    

Support Author dengan memberi Vote ☆ dan Komentar~

(❁´◡'❁)♡Thanks!

●●●


Rain duduk dengan kepala tertunduk menatap ponsel yang ia pegang dengan kedua tangannya, sementara sebuah buket bunga lily berwarna putih yang dihiasi kain pita dengan warna senada tengah berasa di atas pangkuannya. Gadis itu menghindari tatapan orang-orang di sekitarnya yang juga tengah menunggu para peserta yudisium keluar dari aula gedung serbaguna. Sama seperti Rain, sebagian besar dari mereka juga tengah duduk di kursi tunggu yang bentuknya seperti kursi terminal, menanti teman-teman mereka keluar untuk memberikan selamat.

Sebagian besar mahasiswa di fakultas itu sudah mengetahui siapa Rain, dan tak hanya sampai di situ. Mereka bahkan tahu bahwa Rain adalah anak musisi terkenal, jadi tidak heran jika sebagian besar dari mereka sedang mencoba mencuri kesempatan untuk mengambil foto Rain diam-diam untuk sekedar mem-posting nya di media sosial. Itulah sebabnya gadis itu kini tertunduk dan enggan bertemu tatap dengan siapapun. Ia tetap saja merasa risih meskipun hal seperti ini sudah biasa baginya.

"Rain!"

Gadis itu menghela nafas, lalu menoleh ke sumber suara dan mendapati beberapa teman Harsa yang dikenalnya. "Ohh, Jayden... Jaka... dan... Hesty?" Rain bicara begitu pelan saat mencoba mengingat satu persatu nama mereka.

"Sedang menunggu Harsa ya?" tanya Jayden seraya berdiri di dekat Rain. Tidak ada kursi yang kosong sehingga mau tak mau, Rain harus mendongakkan kepala saat bicara dengan pria itu.

"Menurutmu siapa lagi? Tidak mungkin kan aku kemari untuk menunggumu?"

Jayden tertawa lepas, "Bicaramu masih saja tajam seperti biasanya, Rain."

Rain mengangkat bahu, "Ngomong-ngomong, acara seperti ini biasanya selesai jam berapa?"

Jayden menatap temannya bergantian, lalu Jaka dan Hesty pun saling tatap. "Jangan tanya aku! Aku bahkan masih mengulang beberapa mata kuliah, jadi aku tidak tahu bagaimana rasanya yudisium."

Ucapan itu tentunya kembali mengundang tawa orang-orang yang hadir di sana, termasuk Rain. Sayangnya senyum itu tidak bertahan lama. Rain tak sengaja menatap ke sisi luar dari gedung serbaguna yang merupakan taman yang cukup luas, dan di sana lah ia menemukan sosok yang ia kenal. Yenny tengah berjalan ke arah gedung serbaguna sambil membawa sebuah buket bunga di tangannya. Tentu saja Rain langsung tahu bawa gadis itu juga datang untuk menyambut Harsa pasca keluar dari aula gedung serbaguna.

Rain menghela nafas, dan seketika teman-teman Harsa menyadari kedatangan Yenny, meskipun tak satu pun dari mereka yang  mengetahui insiden yang dulu menjadi penyebab bertengkarnya Rain dan Harsa.

"Belum selesai ya?" tanya Yenny ketika ia telah tiba di hadapan mereka. Ia sempat melirik ke arah Rain sesaat sebelum bicara, sementara gadis itu kembali sibuk dengan ponselnya.

"Belum. Ngomong-ngomong kita sudah lama tidak bertemu. Apa pekerjaanmu sekarang? Masih sibuk berkutat dengan prakarya?" Kali ini Hesty yang bicara. Jayden sempat mencuri pandang ke arah Rain, menatap gadis itu dan Yenny bergantian hingga menyadari suasana yang berubah drastis pasca kedatangan Yenny di tempat itu.

Yenny tersenyum, "Sebenarnya aku sedang melamar di beberapa perusahaan, tapi belum ada panggilan. Jadi aku masih sibuk berkutat dengan usahaku sendiri."

Hesty ber-oh sembari menganggukkan kepala, lalu buru-buru berpindah posisi kala melihat ada kursi kosong yang baru saja ditinggalkan oleh seseorang yang tadi duduk di sana. Gadis itu menghela nafas lega sambil mengusap kedua lututnya, merasa lega karena akhirnya bisa duduk dengan santai. Yenny yang merasa dirinya tidak dipedulikan sedikitpun oleh Rain akhirnya memilih untuk menyusul Hesty dan berdiri di dekatnya, sementara Jayden dan Jaka masih berada di tempat yang sama.

ORAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang