Support Author dengan memberi Vote ☆ dan Komentar~
(❁´◡'❁)♡Thanks!
●●●
Rain setengah terjaga oleh bunyi alarm dari ponselnya yang entah sudah berapa kali ia atur agar berbunyi kembali 10 menit kemudian. Akibat terlalu lama menelpon hingga larut malam, Rain kehilangan rasa kantuk, lantas larut dalam kesenangannya sendiri meskipun beberapa kali perutnya serasa digelitik oleh sejumlah kupu-kupu yang beterbangan di dalamnya. Tentu saja Rain tidak benar-benar menelan kupu-kupu, itu hanya perumpamaan. Pasalnya, ia terlalu antusias karena pasca sebulan setelah resmi berpacaran dengan Harsa, pria itu baru memiliki waktu untuk memenuhi keinginan Rain pergi jalan-jalan ke kota sebelah minggu ini, dan hari ini---untuk pertama kalinya sejak berpacaran---Harsa akan mampir ke kampus Rain.Akibat terlambat bangun, Rain mau tidak mau harus merapikan diri di dalam mobil. Untungnya hari ini ia memang sudah berencana di antar oleh supir, jadi ia bisa memperbaiki penampilannya di sepanjang jalan menuju kampus. Sesekali ia menyempatkan diri mengomel pada dirinya sendiri karena asal mengambil pakaian. Rain mengenakan kemeja oversize berwarna putih polos yang dikombinasikan dengan celana jeans.
"Padahal aku ingin memakai baju yang sedikit lebih feminim", sesal Rain.
Sesaat kemudian, ia mencoba berdamai dengan diri sendiri dengan mengatakan "Tidak apa-apa. Lagi pula bajuku yang bernuansa feminim berada di tempat yang cukup tersembunyi di lemari, jadi aku pasti tidak bisa menemukannya dengan mudah."
Namun, beberapa saat kemudian ia akan mengomel lagi dengan membatin, "Tapi seharusnya itu bisa diatasi jika aku menyiapkannya sejak kemarin!"
Lantas, Rain melipat kedua tangannya di dada, membiarkan emosinya mengalir dengan menekuk wajahnya sedemikian rupa. Bahkan, supir yang duduk di kursi depan pun bisa merasakan aura "jangan macam-macam denganku" yang terpancar dari gadis itu. Hingga tiba di kampus, pria yang sudah puluhan tahun bekerja di rumah keluarga Rain itu pun tidak berani bicara sepatah kata pun. Rain sebenarnya adalah gadis yang baik di mata orang-orang yang bekerja pada keluarga Rain, namun jika ia sedang marah, tidak ada yang berani mendekatinya.
Sesampainya di kampus, Rain masih menekuk wajahnya, ketika ia diusik oleh getaran ponselnya tepat saat ia memasuki gedung kampusnya. Terjebak antara rasa malas dan penasaran, akhirnya Rain memutuskan meraih ponsel di saku celananya. Keputusan yang tepat sepertinya, karena tepat setelah ia membaca pesan yang baru ia terima, ekspresi di wajah Rain berubah 180 derajat.
Bersih kan? Aku baru selesai cuci motor.
Teks singkat dari Harsa yang baru diterimanya lantas sukses menyingkirkan rasa kesal yang sudah menguasai gadis itu sejak membuka matanya hari ini. Tak butuh waktu lama, Rain segera membalas chat dari Harsa dengan kalimat berbunyi "Jangan terlalu bersemangat. Kalau hujan bagaimana?"
Lantas, ia melanjutkan perjalanannya yang masih mengharuskan dirinya naik ke lantai dua, tempat dimana kelasnya berada. Rain buka tipe perempuan yang suka berpura-pura sibuk hingga memberi jeda yang lama sebelum membalas pesan dari seseorang yang disukainya, pun kepada orang lain. Jika ia tengah memegang ponsel, maka ia akan membalas jika ingin, dan mengabaikan jika tidak ingin. Sejak dulu, Rain memang tidak begitu suka berpura-pura. Apa salahnya kalau jadi perempuan yang fast respon? Kalau mereka menganggap itu sebagai sikap dari seseorang yang punya perasaan khusus, artinya mereka terlalu "narsis" atau mungkin terlalu bodoh, begitu pikir Rain.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORAIN
Storie d'amore[HwangShin] Gadis itu bernama Rain. Ia menyukai langit senja. Ia menyukai buah jeruk. Ia menyukai warna jingga. Ia menyukai dirinya, meski pun ternyata cukup banyak yang merasa sebaliknya, memilih menyakiti perasaannya. Berulang kali dikecewakan ole...