Masih menjadi misteri

2.2K 144 10
                                    

Tanggal 1 Januari jam 07.45 AM. Seorang wanita yang tinggal sendiri di sebuah apartemen ditemukan tergeletak di sofa dengan keadaan meja yang berantakan, tisu berhamburan di lantai, dan ponsel yang daritadi bergetar terus di atas meja.

Matahari makin lama makin naik, lalu menyinari masuk ke apartemen melalui tirai jendela yang berwarna putih itu. Sinar yang hangat membuat punggung wanita yang lagi berbaring ini kepanasan.

"Euugh, masih subuh tapi kok udah panas gini" Ucap wanita itu sambil mensapu-sapu punggungnya.

Wanita itu membuka matanya perlahan-lahan, melihat barang-barang di depannya sangat berantakan. Lalu ia berbalik "OMG, mati gue jam brapa ini re re!. GUE BELOM SHOLAT WADUH!" Ucap Reya yang langsung meloncat dari sofa berlari ke kamar mandi lalu mengambil air wudhu.

Selesai sholat Reya nga leha-leha, melainkan ia langsung bersih-bersih apartemen nya, sampai kincong dan wangi. Karena Reya paling nga suka banget lihat yang berantakan.

"Ssst sakit banget kepala gue" Reya meringis memengang kepalanya dan berbaring di kamar. Untung saja kepala sakit datang pas udah selesai membersihkan.

Pas Reya ngebuka ponselnya matanya langsung melotot melihat Mama, Papa, kak Qaren, dan Danu menelfon dari jam setengah enam tadi. "Pantesan nga bunyi, aelah lo kasih geter Re" Ucap Reya.

Bukan hanya telfon, tapi mereka mengirim pesan whatsapp juga. "Eh buset, apa nih nikah, nikah. AKKKH pasti si Danuja yang mulut ember nih. Ck, salah gue ngomong kemaren nih" Kesal Reya yang melihat pesan dari Papa, Mama dan kakaknya itu yang menanyakan rencana pernikahan yang kurang lebih 1 minggu lagi itu.

Reya membiarkan pesan itu dan nga membalasnya karena masih males buat ngebahas itu. Baru saja mau menutup mata, eh ponsel nya lagi-lagi bergetar di samping bantalnya.

"Huh! Ngapain si ember nelfon" Reya berdecak kesal sambil melihat panggilan Danu di ponselnya.

Danu
Calling

"APA?" Suara Reya agak sedikit besar.

"Perbaikan skripsi kamu mana?, kamu bayar ukt lagi loh nanti"

"Ck, ini masih libur loh Pak lagian juga saya sudah perbaiki kok, sisa asistensi nya aja. Dah, jangan bikin sakit kepala saya nambah"

"Yasudah, besok kirim file skirpsi kamu ke saya"

Nga pake salam penutup atau apalah itu, Reya langsung menutup telfonnya.

Sekitar satu jaman Reya tertidur, dan bangun udah jam sebelas. Entah kenapa, sakit kepala makin menjadi-jadi, padahal udah dibawah tidur. "Awww sakit banget Ya Allah, astaghfirullah ampunilah dosaku" Sakit yang Reya yang rasakan di kepanya membuatnya menangis.

Sekarang sejak Reya tinggal sendiri, Reya bebas kapanpun mau menangis, mata bengkak juga nga ada yang nanyain. Beda lagi kalau dirumah, harus nunggu orang tidur semua dulu baru deh air mata bercucuran, kalau nga pasti Papa, Mama, adik-adiknya denger.

Dirumah mah pura-pura sok tegar, nga ada apa-apa, tapi di dalam hati lagi hancur banget.

Ponselnya berdering lagi, Reya makin hari makin kesal dengan si Danuja yang tiap hari nelfon mulu.

Danu
Calling

"Apa? Apalagi sekarang?" Tanya Reya

"Saya di depan apartemen kamu sekarang. Buka pintu nya dulu"

"Sshh, jangan ngadi-ngadi deh ah"

"Tower 7 lantai 27 nomor B" Kata Danu tanpa ragu.

Dosen a.n DanujaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang