Hampir mati LAGI

1.9K 132 6
                                    

Menghitung hari menuju pernikahan Reya dan Danu. Tepatnya hari ini tersisa enam hari sebelum pernikahan.

Reya tak lagi tinggal di apartemen melainkan ia sudah kembali ke rumah sejak kemarin.

Malam ini rumah Reya akan di penuhi suara tangisan bayi, anak kecil, suara nenek yang selalu manggil Reya tiap jam, dan masih banyak lagi. Karena baru saja Mama dan adik-adik Reya ke airport menjemput keluarganya yang dari Malang.

Reya yang sedang dilanda kebosanan karena seharian berada di kamar itu beranjak dari tempat tidur nya ke balkon dan duduk disana, ia lalu menatap langit yang di penuhi bintang-bintang yang bersinar terang,

"Dosen cakep gue apa kabar?" Tanya Reya yang masih menatap bintang-bintang.

Fikirannya tertuju ke Danu yang sudah tiga harian ini tidak ada menelfon ataupun sekedar kirim pesan. "Rasanya kangen juga nga denger suara si dosen nyebelin itu, ahahaha" Ucap Reya pelan, ia lalu mengambil ponselnya "Telfon enggak, telfon enggak, telfon enggak, enggak tapi kangennn, telfon tapi gengsi deluan ah mau nelfon" Ucap Reya sambil buka tutup line Danu. Tapi yaa namanya kangen, gapapalah gengsi di kesampingkan aja dulu, hahaha

Danu
Calling

"Hallo, kenapa Re?" Jawab Danu dengan suara beratnya

"Ha-aa-ll-oo" Ucap Reya agak gugup.

"Hmm, kenapa?" Tanya Danu

Reya menjauhkan ponselnya karena saat ini ia gugup dan nga tau mau ngomong apa "I-ii-tuu bapak masih di kantor?"

"Iya ini lagi mau rapat"

"Ooo maaf maaf Pak, saya nga tau kalau bapak masih kerja"

"Gapapa. Paling satu jaman lagi saya udah di rumah, nanti saya telfon kamu"

"I-ii-yaa pak" Reya mematikan telfonnya, dan menaruh ponselnya dengan kasar di atas meja "Hmmmm, nahan rindu sakit banget ternyata" Reya menghela nafas kasar.

Tiba-tiba Reya teringat pada kejadian beberapa hari yang lalu di depan butik. Ia langsung bergegas menuju ke lantai bawah untuk menanyakan sesuatu pada Papanya, karena Reya sangat penasaran tentang ucapan wanita yang ia temui lalu. Walaupun hubungan Reya dan Papa nya saat ini masih kurang baik karena masalah yang lalu, tapi dari pada mati penasaran mending ditayain langsung.

Reya menuruni tangga dengan pelan, karena Papa terlihat sedang sibuk dengan ipadnya di sofa depan televisi.

"Paa" Panggil Reya yang berdiri di belakang sofa.

Papa tak menjawab panggilan dari Reya.

"Ehem, PA PAAA" Ucap Reya lagi dengan sedikit keras sambil menepuk-nepuk sofa.

"Apa? APA Reya aah! Kamu nga liat Papa lagi sibuk ini?" Papa berbalik dan menatap Reya dengan wajah yang marah.

Semenjak kejadian lalu, Reya dan Papa nya sudah jarang ngobrol, bahkan hampir tak pernah ngobrol karena Reya tahu Papa nya masih marah dan malu atas kejadian lalu.

Reya menarik nafasnya dalam-dalam, dan menghembuskan nya pelan "Papa, aku hanya ingin bertanya satu kali ini saja, tolong di jawab. Papa bisa biayain aku kuliah itu Papa ngutang, kalau bol-".

"Brak" Papa menendang meja dan membuat Reya kaget "APA? NGUTANG? JAGA BICARA KAMU YA!" Ucap Papa dengan keras lalu Papa nendang meja sampai ngebuat gelas jatuh ke lantai.

"Papa kerja dari pagi sama malam, kadang nga tidur biar bisa ngehidupin kamu sama adik-adik kamu. Ini malah seenaknya kamu bilang papa ngutang. DARIMANA KAMU DENGAR UCAPAN ITU???" Ucap Papa yang emosi.

Dosen a.n DanujaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang